Tuesday, April 2, 2013

Alasan Selebriti lebih memilih twitter

sebagian Artis di Indonesia lebih senang memakai media sosial twitter dari pada facebook kenapa ?
mungkin bebereapa alasan dibawa ini yang bisa menjawab beberapa pertanyaan diatas
1. Lebih Cepat dan Jelas
Maksudnya para selebriti bisa lebih cepat dan jelas dalam berinteraksi dengan followernya. Sedangkan facebook hanya bisa melalui fans page yang mereka rasa kurang begitu bebas.
2. BebasJika facebook batas maksimun teman adalah 5.000 teman sedangkan twitter tak terhingga / unlimited (banyak follower). Selain itu juga kita bisa berkomentar (mAentions) ke tweeps yang belum bisa follow.
3. Percaya DiriMaksudnya, para selebriti akan merasa percaya diri dan bangga karena tweet (statusnya) menjadi trending topic.
4. AkuratMaksudnya, tweet / status yang disampaikan oleh mereka itu akurat sehingga para followernya lebih memahami apa yang dia lakukan / dia rasakan.
5. Lebih Jelas Statusnya
Maksudnya Di Sini jika di facebook misalnya nama Justin Bieber pasti banyak sekali nama-nama tersebut kita jadi binggung yang mana account Justin Bieber yang asliJika di twitter kita dapat mengetahui dengan mudah yang mana account yang asli karena setiap account-account artis ternama memiliki tanda verifikasi (asli bukan bajakan)
Apakah Facebook memiliki tool dan aplikasi pendukung sebanyak Twitter? Jawabannya adalah: tidak.
6 Jaringan informasi, instead of jaringan sosial
Pada Oktober 2009, di sela-sela konferensi Web 2.0 di San Fransisco, salah satu pendiri Twitter, Evan Williams, mengatakan: “Twitter bukanlah jaringan sosial. Jadi, oke saja untuk tidak menjadi pengikut (follower) seseorang yang menjadi pengikutmu. Jangan khawatir dicap angkuh.”. Ia lebih menekankan Twitter sebagai jaringan informasi yang memberikan kabar terkini dari semua orang dan membaginya ke seluruh dunia. “What we have to do is deliver to people the best and freshest most relevant information possible. We think of Twitter as it’s not a social network, but it’s an information network. It tells people what they care about as it is happening in the world,” jelasnya.
Ternyata pendirinya menyatakan bahwa Twitter bukan situs jejaring sosial tapi lebih ke jejaring informasi untuk menyebarkan berita terkini keseluruh belahan dunia.
7. Lebih simpel dan lebih fokus
Di Twitter, tidak ada update foto, update video, chatting, dan berbagai fitur lainnya. Berbeda dengan Facebook yang dilengkapi dengan berbagai fitur yang sangat banyak jumlahnya. Tetapi justru dengan karakternya yang simpel itu, Twitter makin disuka banyak orang. Dengan karakternya yang simpel, Twitter menjadi lebih fokus.
Disamping itu, Twitter juga dikenal singkat, padat dan efektif. Apa maksudnya? Di Facebook, ketika Anda hendak menuliskan status updates, jumlah karakter yang diperbolehkan adalah 420 krakter (dulu masih 160). Sedangkan untuk Twitter, karakter yang diijinkan hanya sebatas 140 saja. Ini bahkan lebih sedikit dari sebuah 1 kiriman sms. Lantas, apa kelebihan Twitter dari perihal ini? Dengan hanya 140 karakter, Anda dapat menuliskan kalimat seperlunya dan karakter yang terbatas akan menyingkat ruang serta dan nyaman dipandang mata yang membaca. Coba bandingkan dengan Facebook. Dengan 420 karakter, sama saja Anda menuliskan satu buah bait lagu (meskipun banyak user yang tidak memaksimalkan karakter yang tersedia). Intinya, dengan jumlah karakter yang sedikit atau terbatas, Anda akan menuliskan hal-hal yang seperlunya serta tidak akan “memaksa” Anda untuk “lebay” di status updates.
8. Nggak ada iklannya
Seseorang menulis di blognya: “Saya juga tidak tahu sebenarnya Twitter itu dapat uangnya dari mana, saya tidak melihat adanya iklan di website Twitter. Mungkin itu adalah strategi pengembangnya yang merupakan investasi jangka panjang sehingga kelak Twitter akan berkembang pesat dan mulai di lirik perusahaan besar seperti Microsoft, Google atau Yahoo untuk membelinya yang kemudian akan di komersialkan.”
9. No game, no quiz
Sebenarnya layanan resmi dari Twitter hanya update status tanpa aplikasi lain seperti foto, video, dan lain-lain. Jika di Twitter bisa melakukan itu adalah karena bantuan aplikasi di luar Twitter. Karena hanya update status, maka pembicaraan di Twitter akan lebih fokus dan menarik, misalnya ketika ada musibah gempa, berita di Twitter akan terasa lebih aktual. Sementara di Facebook pada saat yang sama (saat terjadi gempa) masih terlihat orang-orang yang sibuk main game (contoh: mafia wars, pet society dan lain-lain), atau muncul juga laporan quiz-quiz yang kurang penting.
10. Bisa dilihat oleh siapa saja
Di Twitter, Jika Anda tidak mengaktifkan privacy, maka semua orang bisa membaca update status Anda, termasuk orang yang belum punya akun Twitter. Semua orang juga bisa memfollow tanpa harus meminta konfirmasi dari kita. Mungkin alasan ini yang membuat beberapa artis, selebritis, politikus, mentri, sampai presiden pun sekarang punya twitter. Akun mereka biasanya di follow oleh ribuan bahkan puluhan ribu orang. Kalau di Facebook tentu repot mengkonfirmasi satu demi satu permintaan teman yang jumlahnya banyak tersebut.
11. Membedakan antara follower dan following
Di Facebook di bidang pertemanan hanya terdapat satu macam saja yakni friend. Namun dalam Twitter, terdapat dua hal, yakni following serta follower, apa artinya? Following adalah orang yang kita ikuti status updatesnya. Sedangkan followers adalah orang yang mengikuti status updates kita. Bingung? Saya kasih sebuah contoh. Dalam Facebook, jika Anda menambahkan seorang teman (add) dan teman tersebut menerimanya, maka secara otomatis Anda akan menerima updates status dari teman Anda tersebut dan begitu juga sebaliknya. Nah hal ini berbeda dengan Twitter. Jika Anda menambah teman baru (follow) maka secara otomatis (tanpa konfirmasi) Anda akan menerima status updates dari teman baru Anda tersebut. Tapi, jika teman Anda tidak mengikuti (follow) Anda, maka teman Anda tidak akan menerima status updates Anda.
Jadi di Twitter, kalau kita ingin mengikuti update status seseorang, harus menjadi “follower” tanpa “meminta” pertemanan (kecuali untuk yang mengaktifkan privacy). Jika di-follow, kita tidak harus membalas menjadi follower dia.
12. Bisa mengelompokkan teman-teman Anda
Twitter memiliki sebuah fitur baru, yang diberi nama List, dimana pengguna bisa mengelompokkan orang yang di follow dalam sebuah group/daftar. Daftar teman yang dibuat bisa dilihat oleh publik dimana orang lain bisa melihatnya dan bisa juga dibuat private.
Caranya adalah, klik tombol “Create list”, sekarang Anda bisa memulai mencari Following atau Followers mana yang akan di masukkan dalam daftar List baru Anda tersebut. Misalnya Anda ingin mengelompokkan teman kampus dalam grup kampus. Nanti Anda akan mendapat alamat grup tersebut misalnya menjadi twitter.com/username/kampus. Jadi apabila ingin melihat update dari teman kampus bisa langsung melalui alamat group tadi (yang link nya ada di sidebar kanan Twitter Anda). Batas maksimal setiap List adalah 500 orang. Dan Anda akan dibatasi dengan membuat sebanyak 20 List saja.
13. Lebih personal
Twitter support akan multiple posting. Apa maksudnya? Anda dapat menuliskan status yang ditujukan pada banyak teman-teman Twitter. Semisal sebagai berikut, saya menuliskan status: “Saya sedang berkumpul dengan @zidanee @bibirjahe @deannup @cindylupita merayakan ultah @elsakejora”. Perhatikan status tersebut. Dalam 1 status itu tertera 5 nama username dan apa artinya, status Anda akan ditujukan atau masuk ke username yang bersangkutan (semacam pesan khusus, tapi bukan seperti email, dalam Twitter ada layanan email tapi bernama Diriect Message). Lagipula jika Anda menuliskan status dengan diawali @ dan username seseorang, akan berasa istimewa, seperti pesan khusus. Meskipun jika Anda menuliskan status updates tanpa @username tetap teman teman yang menfollow Anda dapat menerima status Anda, namun jika menggunakan @username hanya ditujukan pada satu orang.
14. Adanya hashtag dan trending topic
Hashtags dipakai untuk menandai topik tertentu dalam pembicaraan di twitter, simbol yang digunakan adalah “#”. Dengan menggunakan hashtags, update status bisa dikelompokkan berdasarkan topik dalam hasil pencarian. Beberapa contoh hashtags yang pernah menjadi trending topic: #indonesiaunite, #jamansd, #mbahsurip, #pengakuan, #alasanbuatputus, #jokoanwar, dan lain-lain. Trending topic adalah topik-topik yang sedang ramai dibicarakan oleh tweeps, biasanya ditampilkan 10 list di sidebar kanan timeline.
15. Adanya grup posting
Di Twitter ada grup posting, atau postingan orang banyak yang muncul dalam satu akun Twitter. Contohnya: @infoll berisi info lalu lintas jabotabek dan seluruh Indonesia, @lagimakan berisi postingan yang berhubungan dengan aktivitas makan-minum, @pasartwit berisi postingan yang berhubungan dengan jual beli, @ayosholat berisi postingan yang berhubungan dengan aktivitas sholat, dan lain-lain.
16. Memiliki banyak tool dan aplikasi pendukung
Coba lihat timeline Twitter kita, postingan tweet berasal dari macam-macam tools atau aplikasi, misalnya: tweetdect, ubertwitter, tweete, hahlo, twitpic, twhirl, twitterfox, dan lain-lain (kalau disebutkan bisa ratusan).
Dan aplikasi tersebut bisa dipakai dari bermacam-macam platform: mulai web, mobile, Blackberry, iPhone, dan lain-lain. Kadang di beberapa aplikasi malah memiliki fitur yang lebih lengkap, lebih kompleks, lebih canggih daripada akses lewat web Twitter itu sendiri. Misalnya di web Twitter tidak ada fasilitas RT (retweet) tapi di aplikasi lainnya ada, di Twitter tidak bisa upload foto, tapi kita bisa upload foto di twitpic, dan lain-lain.
17. Bisa diupdate lewat handphone jadul
Selain update informasi langsung melalui web, Anda juga bisa memperbarui informasi melalui SMS langsung via handhone Anda. Sungguh asyik apabila Anda perlu menginformasikan hal terbaru dengan cepat apabila Anda tidak berada di depan komputer karena dalam perjalanan pun Anda bisa melakukannya.
Dan karena Twitter bisa diakses lewat SMS, artinya kita bisa meng-update status kita dimana saja dan kapan saja dari handphone. Dan yang menggembirakan, handphone jadul sekalipun bisa, karena setiap handphone maskipun jadul pasti bisa dipakai untuk kirim SMS kan?
18. Mudah ditambahkan di blog atau situs pribadi
Postingan Twitter bisa kita tampilkan di blog atau situs pribadi kita, bisa berupa widget dan bisa pula diintegrasikan bersama postingan konten. Postingan Twitter juga memiliki RSS feed, sehingga data mentah dari Twitter bisa fleksibel di tampilkan dimana saja. Berbeda dengan Facebook yang update statusnya belum bisa ditampilkan di blog/web dalam bentuk teks. Bisa sih ditampilkan tapi dalam bentuk image bersama widget Facebook Badge, yang tentunya sangat terbatas pengaturannya.



refensi
manahbastha.blogspot.com/2012/09/alasan-artis-memilih-twitter-daripada.html
http://abdurrosyid.wordpress.com/2010/01/11/14-alasan-memilih-twitter/




Read More >>

Friday, March 15, 2013

Dasar microsoft Word


Microsoft Word merupakan program aplikasi pengolahan kata (word prosesor) yang biasa digunakan untuk membuat laporan, membuat dokumen berbentuk surat kabar, membuat label surat kabar, membuat label surat, membuat tabel pada dokumen, dll. Istilah Menu yang digunakan dalam Wicrosoft Word mempunyai pengertian yang hampir sama dengan pengertian menu dalam kehidupan sehari-hari. Bagian daripada Menu yaitu: home, insert, page layout, references, mailings, review, view.


MENGENAL TENTANG INSERT
Bagian dari Insert yaitu: Pages, tables, illustration, links, header dan footer, text, dan symbols.

Illustrasions
v Picture : gambar yang yang tersimpan dalam suatu drive komputer. Cara menyisipkan picture yaitu Pilih menu Insert è  Klik ikon Picture  è  insert gambar  è    open.
Dalam menu format ini terdapat pillihan-pilihan yang digunakan untuk mengatur gambar, diantaranya:
Adjust
More Contrast                  : membuat warna lebih kontras
Less Contrast                   : membuat warna kurang kontas
More Brightness               : menambah kecerahan
Less Brightness                : mengurangi kecerahan
Line Style                         : gaya garis pada gambar

Picture style
Picture shape, picture effect, dll.

Arrange,
Text Wrapping                 : untuk menempatkan gambar, yang berisi :
In Line With Text            : menempatkan gambar segaris dengan tulisan
Square                              :Tulisan terletak di kanan, kiri, atas, dan bawah gambar
Tight                                 : Tulian terletak disekitar gambar
Behind Text                     : menembatkan gambar di belakang tulisan
In Front of Text               : menempatkan gambar di depan tulisan
Top and Bottom               : tulisan terletak di atas dan di bawah gambar
Through                            :gambar melewati tulisan
Rotate                              : memutar gambar

Size,
Crop : memotong gambar

v Clip art : gambar yang sudah terkoleksi dalam microsoft word. Cara menyisipkan dan mengeditnya hampir sama dengan picture.
v Shapes : digunakan untuk mengubah bentuk gambar dengan cara memilih macam model dari bagian shapes.
v Chart : digunakan untuk menampilkan data statitik kedalam bentuk grafik atau diagram.


MENGENAL TENTANG PAGE LAYOUT

v Page Setup
Break : digunakan untuk memulai no.halaman yang baru pada lembar kerja. Salah satunya didalam icon break ini terdapat pilihan next page yang berfungsi untuk memulai no.halaman baru.

v Paragraph
Didalamnya terdapat spacing yang digunakan untuk mengatur jarak antar paragraf.
Perataan dalam penulisan paragraf dengan menggunakan Keyboard, bisa menggunakan :
Rata kiri                  : CTRL+L
Rata tengah            : CTRL+E
Rata kanan            : CTRL+R
Rata kiri-kanan       : CTRL+J


Text
v WortArt : digunakan untuk berbagai macam model text yang biasa digunakan pada iklan, judul majalah, tabloid, dan lain sebagainya. Cara menjalankannya dengan mengklik icon, setelah itu akan muncul kotak dialognya dan tinggal mengisinya dengan teksnya. Kemudian tekan OK. Setelah itu ketika muncul dalam lembar kerjanya, maka akan muncul menunya yang berisi  antara lain, Insert WordArt, Edit Text, WordArt Gallery, Format WordArt, WordArt Shape, Text Wrapping,  WordArt Same Letter Heights, WordArt Vertical Text, WordArt Allignment, dan WordArt Carracter Spacing.

v Drop Cap : digunakan untuk penggunaan awal kata dari sebuah kalimat paragraf yang ada pada koran.

Header dan Footer
v Page number : berfungsi untuk menyisipkan pada setiap halaman. Page Number terdiri dari top of page, buttom of page, page margins, current position, format page numbers, dan remove page numbers

v Header : berfungsi untuk memberi catatan kaki pada bagian atas lembar kerja.

v Footer : berfungsi untuk memberi catatan kaki pada bagian bawah lembar kerja. Didalam kotak dialog Header and Footer terdapat banyak pilihan-pilihan antara lain ; Insert Auto Text, Insert Page Number, Insert Number of Pages, Format Page Number, Insert Date, Insert Time, Page Setup, Show/Hide Document Text, Switch Between Header and Footer, Show Previews, Show Next, dan Close.


Read More >>

Monday, February 4, 2013

konstitusi HMI

inilah konstitusi HMI yang telah diedit oleh cabang malang
silah kan downlod bagi yang belum punya....

http://adf.ly/KHU1m
Read More >>

Saturday, February 2, 2013

NILAI-NILAI DASAR PERJUANGAN (NDP)



I. DASAR-DASAR KEPERCAYAAN

Manusia memerlukan suatu bentuk kepercayaan. Kepercayaan itu akan melahirkan tata nilai guna menopang hidup dan budayanya. Sikap tanpa percaya atau ragu yang sempurna tidak mungkin dapat terjadi. Tetapi selain kepercayaan itu dianut karena kebutuhan dalam waktu yang sama juga harus merupakan kebenaran. Demikian pula cara berkepercayaan harus pula benar. Menganut kepercayaan yang salah bukan saja tidak dikehendaki akan tetapi bahkan berbahaya.

Disebabkan kepercayaan itu diperlukan, maka dalam kenyataan kita temui bentuk-bentuk kepercayaan yang beraneka ragam di kalangan masyarakat. Karena bentuk- bentuk kepercayaan itu berbeda satu dengan yang lain, maka sudah tentu ada dua kemungkinan: kesemuanya itu salah atau salah satu saja diantaranya yang benar. Disamping itu masing-masing bentuk kepercayaan mungkin mengandung unsur-unsur kebenaran dan kepalsuan yang campur baur.

Sekalipun demikian, kenyataan menunjukkan bahwa kepercayaan itu melahirkan nilai-nilai. Nilai-nilai itu kemudian melembaga dalam tradis-tradisi yang diwariskan turun temurun dan mengikat anggota masyarakat yang mendukungnya. Karena kecenderungan tradisi untuk tetap mempertahankan diri terhadap kemungkinan perubahan nilai-nilai, maka dalam kenyataan ikatan-ikatan tradisi sering menjadi penghambat perkembangan peradaban dan kemajuan manusia. Disinilah terdapat kontradiksi kepercayaan diperlukan sebagai sumber tatanilai guna menopang peradaban manusia, tetapi nilai-nilai itu melembaga dalam tradisi yang membeku dan mengikat, maka justru merugikan peradaban.

Oleh karena itu, pada dasarnya, guna perkembangan peradaban dan kemajuannya, manusia harus selalu bersedia meninggalkan setiap bentuk kepercayaan dan tata nilai yang tradisional, dan menganut kepercayaan yang sungguh-sungguh yang merupakan kebenaran. Maka satu-satunya sumber nilai dan pangkal nilai itu haruslah kebenaran itu sendiri. Kebenaran merupakan asal dan tujuan segala kenyataan. Kebenaran yang mutlak adalah Tuhan Allah.

Perumusan kalimat persaksian (Syahadat) Islam yang kesatu : Tiada Tuhan selain Allah mengandung gabungan antara peniadaan dan pengecualian. Perkataan "Tidak ada Tuhan" meniadakan segala bentuk kepercayaan, sedangkan perkataan "Selain Allah" memperkecualikan satu kepercayaan kepada kebenaran. Dengan peniadaan itu dimaksudkan agar manusia membebaskan dirinya dari belenggu segenap kepercayaan yang ada dengan segala akibatnya, dan dengan pengecualian itu dimaksudkan agar manusia hanya tunduk pada ukuran kebenaran dalam menetapkan dan memilih nilai-nilai, itu berarti tunduk pada Allah, Tuhan Yang Maha Esa, Pencipta segala yang ada termasuk manusia. Tunduk dan pasrah itu disebut Islam.

Tuhan itu ada, dan ada secara mutlak hanyalah Tuhan. Pendekatan ke arah pengetahuan akan adanya Tuhan dapat ditempuh manusia dengan berbagai jalan, baik yang bersifat intuitif, ilmiah, historis, pengalaman dan lain-lain. Tetapi karena kemutlakan Tuhan dan kenisbian manusia, maka manusia tidak dapat menjangkau sendiri kepada pengertian akan hakekat Tuhan yang sebenarnya. Namun demi kelengkapan kepercayaan kepada Tuhan, manusia memerlukan pengetahuan secukupnya tentang Ketuhanan dan tata nilai yang bersumber kepada-Nya. Oleh sebab itu diperlukan sesuatu yang lain yang lebih tinggi namun tidak bertentangan dengan insting dan indera.

Sesuatu yang diperlukan itu adalah "Wahyu" yaitu pengajaran atau pemberitahuan yang langsung dari Tuhan sendiri kepada manusia. Tetapi sebagaimana kemampuan menerima pengetahuan sampai ketingkat yang tertinggi tidak dimiliki oleh setiap orang, demikian juga wahyu tidak diberikan kepada setiap orang. Wahyu itu diberikan kepada manusia tertentu yang memenuhi syarat dan dipilih oleh Tuhan sendiri yaitu para Nabi dan Rasul atau utusan Tuhan. Dengan kewajiban para Rosul itu untuk menyampaikannya kepada seluruh ummat manusia. Para rasul dan nabi itu telah lewat dalam sejarah semenjak Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa atau Yesus anak Mariam sampai pada Muhammad SAW. Muhammad adalah Rasul penghabisan, jadi tiada Rasul lagi sesudahnya. Jadi para Nabi dan Rasul itu adalah manusia biasa dengan kelebihan bahwa mereka menerima wahyu dari Tuhan.

Wahyu Tuhan yang diberikan kepada Muhammad SAW terkumpul seluruhnya dalam kitab suci Al-Quran. Selain berarti bacaan, kata Al-Quran juga bearti "kumpulan" atau kompilasi, yaitu kompilasi dari segala keterangan. Sekalipun garis-garis besar Al-Quran merupakan suatu kompendium, yang singkat namun mengandung keterangan-keterangan tentang segala sesuatu sejak dari sekitar alam dan manusia sampai kepada hal-hal gaib yang tidak mungkin diketahui manusia dengan cara lain (16:89).

Jadi untuk memahami Ketuhanan Yang Maha Esa dan ajaran-ajaran-Nya, manusia harus berpegang kepada Al-Quran dengan terlebih dahulu mempercayai kerasulan Muhammmad SAW. Maka kalimat kesaksian yang kedua memuat esensi kedua dari kepercayaan yang harus dianut manusia, yaitu bahwa Muhammad adalah Rosul Allah.

Kemudian di dalam Al-Quran didapat keterangan lebih lanjut tentang Ketuhanan Yang maha Esa ajaran-ajaranNya yang merupakan garis besar dan jalan hidup yang mesti diikuti oleh manusia. Tentang Tuhan antara lain: surat Al-Ikhlas (112: 1-4) menerangkan secara singkat; katakanlah : "Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa. Dia itu adalah Tuhan. Tuhan tempat menaruh segala harapan. Tiada Ia berputra dan tiada pula berbapa”. Selanjutnya Ia adalah Maha Kuasa, Maha Mengetahui, Maha Adil, Maha Bijaksana, Maha Kasih dan Maha Sayang, Maha Pengampun dan seterusnya daripada segala sifat kesempurnaan yang selayaknya bagi Yang Maha Agung dan Maha Mulia, Tuhan seru sekalian Alam.

Juga diterangkan bahwa Tuhan adalah yang pertama dan yang penghabisan, Yang lahir dan Yang Bathin (57:3), dan "kemanapun manusia berpaling maka disanalah wajah Tuhan" (2:115). Dan "Dia itu bersama kamu kemanapun kamu berada" (57:4). Jadi Tuhan tidak terikat ruang dan waktu.

Sebagai "yang pertama dan yang penghabisan", maka sekaligus Tuhan adalah asal dan tujuan segala yang ada, termasuk tata nilai. Artinya; sebagaimana tata nilai harus bersumber kepada kebenaran dan berdasarkan kecintaan kepadaNya, Ia pun sekaligus menuju kepada kebenaran dan mengarah kepada "persetujuan" atau "ridhanya". Inilah kesatuan antara asal dan tujuan hidup yang sebenarnya (Tuhan sebagai tujuan hidup yang benar, diterangkan dalam bagian yang lain). 

Tuhan menciptakan alam raya ini dengan sebenarnya, dan mengaturnya dengan pasti (6:73, 25:2). Oleh karena itu alam mempunyai eksistensi yang riil dan obyektif, serta berjalan mengikuti hukum-hukum yang tetap. Dan sebagai ciptaan daripada sebaik-baiknya penciptanya, maka alam mengandung kebaikan pada dirinya dan teratur secara harmonis (23:14). Nilai ciptaan ini untuk manusia bagi keperluan perkembangan peradabannya (31:20). Maka alam dapat dan dijadikan obyek penyelidikan guna dimengerti hukum-hukum Tuhan (sunnatullah) yang berlaku didalamnya. Kemudian manusia memanfaatkan alam sesuai dengan hukum-hukumnya sendiri (10:101).

Jadi kenyataan alam ini berbeda dengan persangkaan idealisme maupun agama Hindu yang mengatakan bahwa alam tidak mempunyai eksistensi riil dan obyektif, melainkan semua palsu atau maya atau sekedar emansipasi atau pancaran daripada dunia lain yang kongkrit, yaitu idea atau nirwana (38:27). Juga tidak seperti dikatakan filsafat Agnosticisme yang mengatakan bahwa alam tidak mungkin dimengerti manusia. Dan sekalipun filsafat materialisme mengatakan bahwa alam ini mempunyai eksistensi riil dan obyektif sehingga dapat dimengerti oleh manusia, namun filsafat itu mengatakan bahwa alam ada dengan sendirinya. Peniadaan pencipta ataupun peniadaan Tuhan adalah satu sudut daripada filsafat materialisme.

Manusia adalah puncak ciptaan dan mahluk-Nya yang tertinggi (95:4, 17:70). Sebagai mahluk tertinggi manusia dijadikan "Khalifah" atau wakil Tuhan di bumi (6:165). Manusia ditumbuhkan dari bumi dan diserahi untuk memakmurkannya (11:61). Maka urusan di dunia telah diserahkan Tuhan kepada manusia. Manusia sepenuhnya bertanggungjawab atas segala perbuatannya di dunia. Perbuatan manusia ini membentuk rentetan peristiwa yang disebut "sejarah". Dunia adalah wadah bagi sejarah, dimana manusia menjadi pemilik atau "rajanya".

Sebenarnya terdapat hukum-hukum Tuhan yang pasti (sunattullah) yang menguasai sejarah, sebagaimana adanya hukum yang menguasai alam tetapi berbeda dengan alam yang telah ada secara otomatis tunduk kepada sunatullah itu, manusia karena kesadaran dan kemampuannya untuk mengadakan pilihan untuk tidak terlalu tunduk kepada hukum-hukum kehidupannya sendiri (33:72). Ketidakpatuhan itu disebabkan karena sikap menentang atau kebodohan.

Hukum dasar alami daripada segala yang ada inilah "perubahan dan perkembangan", sebab: segala sesuatu ini adalah ciptaan Tuhan dan pengembangan olehNya dalam suatu proses yang tiada henti-hentinya (29:20). Segala sesuatu ini adalah berasal dari Tuhan dan menuju kepada Tuhan. Maka satu-satunya yang tak mengenal perubahan hanyalah Tuhan sendiri, asal dan tujuan segala sesuatu (28:88). Di dalam memenuhi tugas sejarah, manusia harus berbuat sejalan dengan arus perkembangan itu menunju kepada kebenaran. Hal itu berarti bahwa manusia harus selalu berorientasi kepada kebenaran, dan untuk itu harus mengetahui jalan menuju kebenaran itu (17:72). Dia tidak mesti selalu mewarisi begitu saja nilai-nilai tradisional yang tidak diketahuinya dengan pasti akan kebenarannya (17:26).

Oleh karena itu kehidupan yang baik adalah yang disemangati oleh iman dan diterangi oleh ilmu (58:11). Bidang iman dan pencabangannya menjadi wewenang wahyu, sedangkan bidang ilmu pengetahuan menjadi wewenang manusia untuk mengusahakan dan mengumpulkannya dalam kehidupan dunia ini. Ilmu itu meliputi tentang alam dan tentang manusia (sejarah).

Untuk memperoleh ilmu pengetahuan tentang nilai kebenaran sejauh mungkin, manusia harus melihat alam dan kehidupan ini sebagaimana adanya tanpa melekatkan padanya kualitas-kualitas yang bersifat ketuhanan. Sebab sebagaimana diterangkan dimuka, alam diciptakan dengan wujud yang nyata dan objektif sebagaimana adanya. Alam tidak menyerupai Tuhan, dan Tuhan pun untuk sebagian atau seluruhnya tidak sama dengan alam. Sikap memper-Tuhan-kan atau mensucikan (sakralisasi) haruslah ditujukan kepada Tuhan sendiri. Tuhan Allah Yang Maha Esa (41:37).

Ini disebut "Tauhid" dan lawannya disebut "syirik" artinya mengadakan tandingan terhadap Tuhan, baik seluruhnya atau sebagian maka jelasnya bahwa syirik menghalangi perkembangan dan kemajuan peradaban kemanusiaan menuju kebenaran.

Kesudahan sejarah atau kehidupan duniawi ini ialah "hari kiamat". Kiamat merupakan permulaan bentuk kehidupan yang tidak lagi bersifat sejarah atau duniawi, yaitu kehidupan akhirat. Kiamat disebut juga "hari agama", atau yaumuddin, dimana Tuhan menjadi satu-satunya pemilik dan raja (1:4, 22:56, 40:16). Disitu tidak lagi terdapat kehidupan historis, seperti kebebasan, usaha dan tata masyarakat. Tetapi yang ada adalah pertanggunggan jawab individu manusia yang bersifat mutlak dihadapan illahi atas segala perbuatannya dahulu didalam sejarah (2:48). Selanjutnya kiamat merupakan "hari agama", yang maka tidak mungkin kita ketahui selain daripada yang diterangkan dalam wahyu. Tentang hari kiamat dan kelanjutannya/kehidupan akhirat yang non-historis manusia hanya diharuskan percaya tanpa kemungkinan mengetahui kejadian-kejadiannya (7:187).

II. PENGERTIAN-PENGERTIAN DASAR TENTANG KEMANUSIAAN

Telah disebutkan di muka, bahwa manusia adalah puncak ciptaan, merupakan mahluk yang tertinggi dan adalah wakil dari Tuhan di bumi. Sesuatu yang membuat manusia yang menjadi manusia bukan hanya beberapa sifat atau kegiatan yang ada padanya, melainkan suatu keseluruhan susunan sebagai sifat-sifat dan kegiatan-kegiatan yang khusus dimiliki manusia saja yaitu Fitrah. Fitrah membuat manusia berkeinginan suci dan secara kodrati cenderung kepada kebenaran (Hanief) (30:30). "Dlamier" atau hati nurani adalah pemancar keinginan pada kebaikan, kesucian dan kebenaran. Tujuan hidup manusia ialah kebenaran yang mutlak atau kebenaran yang terakhir, yaitu Tuhan Yang Maha Esa (51:56, 3:156).

Fitrah merupakan bentuk keseluruhan tentang diri manusia yang secara asasi dan prinsipil membedakannya dari mahluk-mahluk yang lain. Dengan memenuhi hati nurani, seseorang berada dalam fitrahnya dan menjadi manusia sejati.

Kehidupan dinyatakan dalam kerja atau amal perbuatanya (19:105, 53:39). Nilai- nilai tidak dapat dikatakan hidup dan berarti sebelum menyatakan diri dalam kegiatan-kegiatan amaliah yang kongkrit (61:2-3). Nilai hidup manusia tergantung kepada nilai kerjanya. Di dalam dan melalui amal perbuatan yang berperikemanusiaan (fitrah sesuai dengan tuntutan hati nurani) manusia mengecap kebahagiaan, dan sebaliknya di dalam dan melalui amal perbuatan yang tidak berperikemanusiaan (jihad) ia menderita kepedihan (16:97, 4:111).
Hidup yang pernuh dan berarti ialah yang dijalani dengan sungguh-sungguh dan sempurna, yang didalamnya manusia dapat mewujudkan dirinya dengan mengembangkan kecakapan-kecakapan dan memenuhi keperluan-keperluannya. Manusia yang hidup berarti dan berharga ialah dia yang merasakan kebahagiaan dan kenikmatan dalam kegiatan-kegiatan yang membawa perubahan kearah kemajuan-kemajuan, baik yang mengenai alam maupun masyarakat, yaitu hidup berjuang dalam arti yang seluas-luasnya (29:6).

Dia diliputi oleh semangat mencari kebaikan, keindahan dan kebenaran (4:125). Dia menyerap segala sesuatu yang baru dan berharga sesuai dengan perkembangan kemanusiaan dan menyatakan dalam hidup berperadaban dan berkebudayaan (39:18). Dia adalah aktif, kreatif dan kaya akan kebijaksanaan (wisdom, hikmah) (2:269). Dia berpengalaman luas, berpikir bebas, berpandangan lapang dan terbuka, bersedia mengikuti kebenaran dari manapun datangnya (6:125). Dia adalah manusia toleran dalam arti kata yang benar, penahan amarah dan pemaaf (3:134). Keutamaan itu merupakan kekayaan manusia yang menjadi milik daripada pribadi-pribadi yang senantiasa berkembang dan selamanya tumbuh kearah yang lebih baik.

Seorang manusia sejati (insan kamil) ialah yang kegiatan mental dan fisiknya merupakan suatu keseluruhan. Kerja jasmani dan kerja rohani bukanlah dua kenyataan yang terpisah. Malahan dia tidak mengenal perbedaan antara kerja dan kesenangan, kerja baginya adalah kesenggangan dan kesenangan ada dalam dan melalui kerja. Dia berkepribadian, merdeka, memiliki dirinya sendiri, menyatakan ke luar corak perorangannya dan mengembangkan kepribadian dan wataknya secara harmonis. Dia tidak mengenal perbedaan antara kehidupan individu dan kehidupan komunal, tidak membedakan antara perorangan dan sebagai anggota masyarakat. Hak dan kewajiban serta kegiatan-kegiatan untuk dirinya adalah juga sekaligus untuk sesama ummat manusia.

Baginya tidak ada pembagian dua (dichotomy) antara kegiatan-kegiatan rohani dan jasmani, pribadi dan masyarakat, agama dan politik maupun dunia akhirat. Kesemuanya dimanifestasikan dalam suatu kesatuan kerja yang tunggal pancaran niatnya, yaitu mencari kebaikan, keindahan dan kebenaran (98:5).

Dia seorang yang ikhlas, artinya seluruh amal perbuatannya benar-benar berasal dari dirinya sendiri dan merupakan pancaran langsung dari pada kecenderungannya yang suci yang murni (2:207, 76:89). Suatu pekerjaan dilakukan karena keyakinan akan nilai pekerjaan itu sendiri bagi kebaikan dan kebenaran, bukan karena hendak memperoleh tujuan lain yang nilainya lebih rendah (pamrih) (2:264). Kerja yang ikhlas mengangkat nilai kemanusiaan pelakunya dan memberinya kebahagiaan (35:10). Hal itu akan menghilangkan sebab-sebab suatu jenis pekerjaan ditinggalkan dan kerja amal akan menjadi kegiatan kemanusiaan yang paling berharga. Keikhlasan adalah kunci kebahagiaan hidup manusia, tidak ada kebahagiaan sejati tanpa keikhlasan dan keikhlasan selalu menimbulkan kebahagiaan.

Hidup fitrah ialah bekerja secara ikhlas yang memancar dari hati nurani yang hanief atau suci.

III. KEMERDEKAAN MANUSIA (IKHTIAR) DAN KEHARUSAN UNIVERSAL (TAKDIR)

Keikhlasan yang insani itu tidak mungkin ada tanpa kemerdekaan. Kemerdekaan dalam arti kerja sukarela tanpa paksaan yang didorong oleh kemauan yang murni, kemerdekaan dalam pengertian kebebasan memilih sehingga pekerjaan itu benar-benar dilakukan sejalan dengan hati nurani. Keikhlasan merupakan pernyataan kreatif kehidupan manusia yang berasal dari perkembangan tak terkekang daripada kemauan baiknya. Keikhlasan adalah gambaran terpenting daripada kehidupan manusia sejati. Kehidupan sekarang di dunia dan abadi (external) berupa kehidupan kelak sesudah mati di akherat. Dalam aspek pertama manusia melakukan amal perbuatan dengan baik dan buruk yang harus dipikul secara individual, dan komunal sekaligus (8:25). Sedangkan dalam aspek kedua manusia tidak lagi melakukan amal perbuatan, melainkan hanya menerima akibat baik dan buruk dari amalnya dahulu di dunia secara individual. Di akherat tidak terdapat pertanggungjawaban bersama, tapi hanya ada pertanggungjawaban perseorangan yang mutlak (2:48, 31:33). Manusia dilahirkan sebagai individu, hidup ditengah alam dan masyarakat sesamanya, kemudian menjadi individu kembali.

Jadi individualitas adalah pernyataan asasi yang pertama dan terakhir, dari pada kemanusiaan, serta letak kebenarannya daripada nilai kemanusiaan itu sendiri. Karena individu adalah penanggung jawab terakhir dan mutlak daripada awal perbuatannya, maka kemerdekaan pribadi, adalah haknya yang pertama dan asasi.

Tetapi individualitas hanyalah pernyataan yang asasi dan primer saja dari pada kemanusiaan. Kenyataan lain, sekalipun bersifat sekunder, ialah bahwa individu dalam suatu hubungan tertentu dengan dunia sekitarnya. Manusia hidup ditengah alam sebagai makhluk sosial hidup ditengah sesama. Dari segi ini manusia adalah bagian dari keseluruhan alam yang merupakan satu kesatuan.

Oleh karena itu kemerdekaan harus diciptakan untuk pribadi dalam kontek hidup ditengah masyarakat. Sekalipun kemerdekaan adalah esensi daripada kemanusiaan, tidak berarti bahwa manusia selalu dan dimana saja merdeka. Adanya batas-batas dari kemerdekaan adalah suatu kenyataan. Batas-batas tertentu itu dikarenakan adanya hukum-hukum yang pasti dan tetap menguasai alam - hukum yang menguasai benda-benda maupun masyarakat manusia sendiri - yang tidak tunduk dan tidak pula bergantung kepada kemauan manusia. Hukum-hukum itu mengakibatkan adanya "keharusan universal" atau "kepastian umum" dan “takdir” (57:22).

Jadi kalau kemerdekaan pribadi diwujudkan dalam kontek hidup di tengah alam dan masyarakat dimana terdapat keharusan universal yang tidak tertaklukan, maka apakah bentuk yang harus dipunyai oleh seseorang kepada dunia sekitarnya? Sudah tentu bukan hubungan penyerahan, sebab penyerahan berarti peniadaan terhadap kemerdekaan itu sendiri. Pengakuan akan adanya keharusan universal yang diartikan sebagai penyerahan kepadanya sebelum suatu usaha dilakukan berarti perbudakan. Pengakuan akan adanya kepastian umum atau takdir hanyalah pengakuan akan adanya batas-batas kemerdekaan. Sebaliknya suatu persyaratan yang positif daripada kemerdekaan adalah pengetahuan tentang adanya kemungkinan-kemungkinan kreatif manusia. Yaitu tempat bagi adanya usaha yang bebas dan dinamakan "ikhtiar" artinya pilih merdeka. 

Ikhtiar adalah kegiatan kemerdekaan dari individu, juga berarti kegiatan dari manusia merdeka. Ikhtiar merupakan usaha yang ditentukan sendiri dimana manusia berbuat sebagai pribadi banyak segi yang integral dan bebas; dan dimana manusia tidak diperbudak oleh suatu yang lain kecuali oleh keinginannya sendiri dan kecintaannya kepada kebaikan. Tanpa adanya kesempatan untuk berbuat atau berikhtiar, manusia menjadi tidak merdeka dan menjadi tidak bisa dimengerti untuk memberikan pertanggungjawaban pribadi dari amal perbuatannya. Kegiatan merdeka berarti perbuatan manusia yang merubah dunia dan nasibnya sendiri (13:11). Jadi sekalipun terdapat keharusan universal atau takdir manusia dengan haknya untuk berikhtiar mempunyai peranan aktif dan menentukan bagi dunia dan dirinya sendiri.

Manusia tidak dapat berbicara mengenai takdir suatu kejadian sebelum kejadian itu menjadi kenyataan. Maka percaya kepada takdir akan membawa keseimbangan jiwa tidak terlalu berputus asa karena suatu kegagalan dan tidak perlu membanggakan diri karena suatu kemunduran. Sebab segala sesuatu tidak hanya terkandung pada dirinya sendiri, melainkan juga kepada keharusan yang universal itu (57:23).

IV. KETUHANAN YANG MAHA ESA DAN PERIKEMANUSIAAN

Telah jelas bahwa hubungan yang benar antara individu manusia dengan dunia sekitarnya bukan hubungan penyerahan. Sebab penyerahan meniadakan kemerdekaan dan keikhklasan dan kemanusiaan. Tetapi jelas pula bahwa tujuan manusia hidup merdeka dengan segala kegiatannya ialah kebenaran. Oleh karena itu sekalipun tidak tunduk pada sesuatu apapun dari dunia sekelilingnya, namun manusia merdeka masih dan mesti tunduk kepada kebenaran. Karena menjadikan sesuatu sebagai tujuan adalah berarti pengabdian kepada-Nya.

Jadi kebenaran-kebenaran menjadi tujuan hidup dan apabila demikian maka sesuai dengan pembicaraan terdahulu maka tujuan hidup yang terakhir dan mutlak ialah kebenaran terakhir dan mutlak sebagai tujuan dan tempat menundukkan diri. Adakah kebenaran terakhir dan mutlak itu? Ada, sebagaimana tujuan akhir dan mutlak daripada hidup itu ada. Karena sikapnya yang terakhir (ultimate) dan mutlak maka sudah pasti kebenaran itu hanya satu secara mutlak pula.

Dalam perbendaharaan kata dan kulturil, kita sebut kebenaran mutlak itu "Tuhan", kemudian sesuai dengan uraian Bab I, Tuhan itu menyatakan diri kepada manusia sebagai Allah (31:30). Karena kemutlakannya, Tuhan bukan saja tujuan segala kebenaran (3:60). Maka dia adalah Yang Maha Benar. Setiap pikiran yang maha benar adalah pada hakikatnya pikiran tentang Tuhan YME.

Oleh sebab itu seseorang manusia merdeka ialah yang ber-ketuhanan Yang Maha Esa. Keiklasan tiada lain adalah kegiatan yang dilakukan semata-mata bertujuan kepada Tuhan YME, yaitu kebenaran mutlak, guna memperoleh persetujuan atau "ridho" daripada-Nya. Sebagaimana kemanusiaan terjadi karena adanya kemerdekaan dan kemerdekaan ada karena adanya tujuan kepada Tuhan semata-mata. Hal itu berarti segala bentuk kegiatan hidup dilakukan hanyalah karena nilai kebenaran itu yang terkandung didalamnya guna mendapat pesetujuan atau ridho kebenaran mutlak. Dan hanya pekerjaan "karena Allah" itulah yang bakal memberikan rewarding bagi kemanusiaan (92:19-21).

Kata "iman" berarti percaya dalam hal ini percaya kepada Tuhan sebagai tujuan hidup yang mutlak dan tempat mengabdikan diri kepada-Nya. Sikap menyerahkan diri dan mengabdi kepada Tuhan itu disebut Islam. Islam menjadi nama segenap ajaran pengabdian kepada Tuhan YME (3:19). Pelakunya disebut "Muslim". Tidak lagi diperbudak oleh sesama manusia atau sesuatu yang lain dari dunia sekelilingnya, manusia muslim adalah manusia yang merdeka yang menyerahkan dan menyembahkan diri kepada Tuhan YME (33:39). Semangat tauhid (memutuskan pengabdian hanya kepada Tuhan YME) menimbulkan kesatuan tujuan hidup, kesatuan kepribadian dan kemasyarakatan. Kehidupan bertauhid tidak lagi berat sebelah, parsial dan terbatas. Manusia bertauhid adalah manusia yang sejati dan sempurna yang kesadaran akan dirinya tidak mengenal batas.

Dia adalah pribadi manusia yang sifat perorangannya adalah keseluruhan (totalitas) dunia kebudayaan dan peradaban. Dia memiliki seluruh dunia ini dalam arti kata mengambil bagian sepenuh mungkin dalam menciptakan dan menikmati kebaikan-kebaikan dan peradaban kebudayaan.

Pembagian kemanusiaan yang tidak selaras dengan dasar kesatuan kemanusiaan (human totality) itu antara lain ialah pemisahan antara eksistensi ekonomi dan moral manusia, antara kegiatan duniawi dan ukhrowi antara tugas-tugas peradaban dan agama. Demikian pula sebaliknya, anggapan bahwa manusia adalah tujuan pada dirinya membela kemanusiaan seseorang menjadi: manusia sebagai pelaku kegiatan dan manusia sebagai tujuan kegiatan. Kepribadian yang pecah berlawanan dengan kepribadian kesatuan (human totality) yang homogen dan harmonis pada dirinya sendiri: jadi berlawanan dengan kemanusiaan.

Oleh karena hakikat hidup adalah amal perbuatan atau kerja, maka nilai-nilai tidak dapat dikatakan ada sebelum menyatakan diri dalam kegiatan-kegiatan konkrit dan nyata (26:226). Kecintaan kepada Tuhan sebagai kebaikan, keindahan dan kebenaran yang mutlak dengan sendirinya memancar dalam kehidupan sehari-hari dalam hubungannya dengan alam dan masyarakat, berupa usaha-usaha yang nyata guna menciptakan sesuatu yang membawa kebaikan, keindahan dan kebenaran bagi sesama manusia "amal saleh" (harfiah: pekerjaan yang selaras dengan kemanusiaan) merupakan pancaran langsung daripada iman (lihat Qur’an: aamanu wa’amilushshaalihaat, tdk kurang dari 50 x pengulangan kombinasi kata). Jadi Ketuhanan YME memancar dalam perikemanusiaan. Sebaliknya karena kemanusiaan adalah kelanjutan kecintaan kepada kebenaran maka tidak ada perikemanusiaan tanpa Ketuhanan YME. Perikemanusiaan tanpa Ketuhanan adalah tidak sejati (24:39). Oleh karena itu semangat Ketuhanan YME dan semangat mencari ridho daripada-Nya adalah dasar peradaban yang benar dan kokoh. Dasar selain itu pasti goyah dan akhirnya membawa keruntuhan peradaban (9:109).

"Syirik" merupakan kebalikan dari tauhid, secara harafiah artinya mengadakan tandingan, dalam hal ini kepada Tuhan. Syirik adalah sifat menyerah dan menghambakan diri kepada sesuatu selain kebenaran baik kepada sesama manusia maupun alam. Karena sifatnya yang meniadakan kemerdekaan asasi, syirik merupakan kejahatan terbesar kepada kemanusiaan (31:13). Pada hakikatnya segala bentuk kejahatan dilakukan orang karena syirik (6:82). Sebab dalam melakukan kejahatan itu dia menghambakan diri kepada motif yang mendorong dilakukannya kejahatan tersebut yang bertentangan dengan prinsip-prinsip kebenaran. Demikian pula karena syirik seseorang mengadakan pamrih atas pekerjaan yang dilakukannya (Hadist, “sesunggunya sesuatu yang paling aku khawatirkan menimpa kamu sekalian adalah syirik kecil, yaitu riya - pamrih”. Riwayat Ahmad, hadist hasan). Dia bekerja bukan karena nilai pekerjaan itu sendiri dalam hubungannya dengan kebaikan, keindahan dan kebenaran, tetapi karena hendak memperoleh sesuatu yang lain.

"Musyrik" adalah pelaku daripada syirik. Seseorang yang menghambakan diri kepada sesuatu selain Tuhan baik manusia maupun alam disebut musyrik, sebab dia mengangkat sesuatu selain Tuhan menjadi setingkat dengan Tuhan (3:64). Demikian pula seseorang yang menghambakan (sebagaimana dengan tiran atau diktator) adalah musyrik, sebab dia mengangkat dirinya sendiri setingkat dengan Tuhan (28:4). Kedua perlakuan itu merupakan penentang terhadap kemanusiaan, baik bagi dirinya sendiri maupun kepada orang lain.

Maka sikap berperikemanusiaan adalah sikap yang adil, yaitu sikap menempatkan sesuatu kepada tempatnya yang wajar, seseorang yang adil (wajar) ialah yang memandang manusia. Tidak melebihkan sehingga menghambakan dirinya kepada-Nya. Dia selau menyimpan itikad baik dan lebih baik (ikhsan). Maka ketuhanan menimbulkan sikap yang adil kepada sesama manusia (16:90).

V. INDIVIDU DAN MASYARAKAT

Telah diterangkan dimuka, bahwa pusat kemanusiaan adalah masing-masing pribadinya dan bahwa kemerdekaan pribadi adalah hak asasinya yang pertama. Tidak sesuatu yang lebih berharga daripada kemerdekaan itu. Juga telah dikemukakan bahwa manusia hidup dalam suatu bentuk hubungan tertentu dengan dunia sekitarnya, sebagai mahkluk sosial, manusia tidak mungkin memenuhi kebutuhan kemanusiaannya dengan baik tanpa berada ditengah sesamanya dalam bentuk-bentuk hubungan tertentu.

Maka dalam masyarakat itulah kemerdekaan asasi diwujudkan. Justru karena adanya kemerdekaan pribadi itu maka timbul perbedaan-perbedaan antara suatu pribadi dengan lainnya (43:32). Sebenarnya perbedaan-perbedaan itu adalah untuk kebaikannya sendiri: sebab kenyataan yang penting dan prinsipil, ialah bahwa kehidupan ekonomi, sosial, dan kultural menghendaki pembagian kerja yang berbeda-beda (5:48).

Pemenuhan suatu bidang kegiatan guna kepentingan masyarakat adalah suatu keharusan, sekalipun hanya oleh sebagian anggotanya saja (92:4). Namun sejalan dengan prinsip kemanusiaan dan kemerdekaan, dalam kehidupan yang teratur tiap-tiap orang harus diberi kesempatan untuk memilih dari beberapa kemungkinan dan untuk berpindah dari satu lingkungan ke lingkungan lainnya (17:84, 39:39). Peningkatan kemanusiaan tidak dapat terjadi tanpa memberikan kepada setiap orang keleluasaan untuk mengembangkan kecakapannya melalui aktifitas dan kerja yang sesuai dengan kecenderungannya dan bakatnya.

Namun inilah kontradiksi yang ada pada manusia dia adalah mahkluk yang sempurna dengan kecerdasan dan kemerdekaannya dapat berbuat baik kepada sesamanya, tetapi pada waktu yang sama ia merasakan adanya pertentangan yang konstan dan keinginan tak terbatas sebagai hawa nafsu. Hawa nafsu cenderung kearah merugikan orang lain (kejahatan) dan kejahatan dilakukan orang karena mengikuti hawa nafsu (12:53, 30:29).

Ancaman atas kemerdekaan masyarakat, dan karena itu juga berarti ancaman terhadap kemerdekaan pribadi anggotanya ialah keinginan tak terbatas atau hawa nafsu tersebut, maka selain kemerdekaan, persamaan hak antara sesama manusia adalah esensi kemanusiaan yang harus ditegakkan. Realisasi persamaan dicapai dengan membatasi kemerdekaan. Kemerdekaan tak terbatas hanya dapat dipunyai satu orang, sedangkan untuk lebih satu orang, kemerdekaan tak terbatas tidak dilaksanakan dalam waktu yang bersamaan, kemerdekaan seseorang dibatasi oleh kemerdekaan orang lain. Pelaksanaan kemerdekaan tak terbatas hanya berarti pemberian kemerdekaan kepada pihak yang kuat atas yang lemah (perbudakan dalam segala bentuknya), sudah tentu hak itu bertentangan dengan prinsip keadilan. Kemerdekaan dan keadilan merupakan dua nilai yang saling menopang. Sebab harga diri manusia terletak pada adanya hak bagi orang lain untuk mengembangkan kepribadiannya. Sebagai kawan hidup dengan tingkat yang sama. Anggota masyarakat harus saling menolong dalam membentuk masyarakat yang bahagia (5:2).

Sejarah dan perkembangannya bukanlah suatu yang tidak mungkin dirubah. Hubungan yang benar antara manusia dengan sejarah bukanlah penyerahan pasif. Tetapi sejarah ditentukan oleh manusia sendiri. Tanpa pengertian ini adanya azab Tuhan (akibat buruk) dan pahala (akibat baik) bagi satu amal perbuatan mustahil ditanggung manusia (99:7-8). Manusia merasakan akibat amal perbuatannya sesuai dengan ikhtiar. Dalam hidup ini (dalam sejarah) dalam hidup kemudian - sesudah sejarah (9:74, 16:30). Semakin seseorang bersungguh-sungguh dalam kekuatan yang bertanggungjawab dengan kesadaran yang terus menerus akan tujuan dalam membentuk masyarakat semakin ia mendekati tujuan (29:69).

Manusia mengenali dirinya sebagai makhluk yang nilai dan martabatnya dapat sepenuhnya dinyatakan, jika ia mempunyai kemerdekaan tidak saja mengatur hidupnya sendiri tetapi juga untuk memperbaiki dengan sesama manusia dalam lingkungan masyarakat. Dasar hidup gotong-royong ini ialah keistimewaan dan kecintaan sesama manusia dalam pengakuan akan adanya persamaan dan kehormatan bagi setiap orang (49:13, 49:10).

VI. KEADILAN SOSIAL DAN KEADILAN EKONOMI

Telah kita bicarakan tentang hubungan antara individu dengan masyarakat dimana kemerdekaan dan pembatas kemerdekaan saling bergantungan, dan dimana perbaikan kondisi masyarakat tergantung pada perencanaan manusia dan usaha-usaha bersamanya. Jika kemerdekaan dicirikan dalam bentuk yang tidak bersyarat (kemerdekaan tak terbatas) maka sudah terang bahwa setiap orang diperbolehkan mengejar dengan bebas segala keinginan pribadinya.

Akibatnya pertarungan keinginan yang bermacam-macam itu satu sama lain dalam kekacauan atau anarchi (92:8-10). Sudah barang tentu menghancurkan masyarakat dan meniadakan kemanusiaan sebab itu harus ditegakkan keadilan dalam masyarakat (5:8). Siapakah yang harus menegakkan keadilan, dalam masyarakat? Sudah barang pasti ialah masyarakat sendiri, tetapi dalam prakteknya diperlukan adanya satu kelompok dalam masyarakat yang karena kualitas-kualitas yang dimilikinya senantiasa mengadakan usaha-usaha menegakkan keadilan itu dengan jalan selalu menganjurkan sesuatu yang bersifat kemanusiaan serta mencegah terjadinya sesuatu yang berlawanan dengan kemanusiaan (2:104).

Kualitas terpenting yang harus dipunyainya, ialah rasa kemanusiaan yang tinggi sebagai pancaran kecintaan yang tak terbatas pada Tuhan. Di samping itu diperlukan kecakapan yang cukup. Kelompok orang-orang itu adalah pimpinan masyarakat; atau setidak-tidaknya mereka adalah orang-orang yang seharusnya memimpin masyarakat. Memimpin adalah menegakkan keadilan, menjaga agar setiap orang memperoleh hak asasinya, dan dalam jangka waktu yang sama menghormati kemerdekaan orang lain dan martabat kemanusiaannya sebagai manifestasi kesadarannya akan tanggungjawab sosial.

Negara adalah bentuk masyarakat yang terpenting, dan pemerintah adalah susunan masyarakat yang terkuat dan berpengaruh. Oleh sebab itu pemerintah yang pertama berkewajiban menegakkan kadilan. Maksud semula dan fundamental daripada didirikannya negara dan pemerintah ialah guna melindungi manusia yang menjadi warga negara daripada kemungkinan perusakkan terhadap kemerdekaan dan harga diri sebagai manusia sebaliknya setiap orang mengambil bagian pertanggungjawaban dalam masalah-masalah atas dasar persamaan yang diperoleh melalui demokrasi.

Pada dasarnya masyarakat dengan masing-masing pribadi yang ada didalamnya haruslah memerintah dan memimpin diri sendiri (Hadist: “kullukum raain wakullukum mas uulun ‘an raiyyatih” -Bukhari & Muslim). Oleh karena itu pemerintah haruslah merupakan kekuatan pimpinan yang lahir dari masyarakat sendiri. Pemerintah haruslah demokratis, berasal dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat, menjalankan kebijaksanaan atas persetujuan rakyat berdasarkan musyawarah dan dimana keadilan dan martabat kemanusiaan tidak terganggu (42:28, 42:42). Kekuatan yang sebenarnya didalam negara ada di tangan rakyat, dan pemerintah harus bertanggungjawab pada rakyat.

Menegakkan keadilan mencakup penguasaan atas keinginan-keinginan dan kepentingan-kepentingan pribadi yang tak mengenal batas (hawa nafsu). Adalah kewajiban dari negara sendiri dan kekuatan-kekuatan sosial untuk menjunjung tinggi prinsip kegotongroyongan dan kecintaan sesama manusia. Menegakkan keadilan adalah amanat rakyat kepada pemerintah yang musti dilaksanakan (4:58). Ketaatan rakyat kepada pemerintah yang adil merupakan ketaatan kepada diri sendiri yang wajib dilaksanakan. Didasari oleh sikap hidup yang benar, ketaatan kapada pemerintah termasuk dalam lingkungan ketaatan kepada Tuhan (Kebenaran Mutlak) dan Rasulnya (pengajar tentang Kebenaran) (4:59). Pemerintah yang benar dan harus ditaati ialah mengabdi kepada kemanusiaan, kebenaran dan akhirnya kepada Tuhan YME (5:45).

Perwujudan menegakkan keadilan yang terpenting dan berpengaruh ialah menegakkan keadilan di bidang ekonomi atau pembagian kekayaan diantara anggota masyarakat. Keadilan menuntut agar setiap orang dapat bagian yang wajar dari kekayaan atau rejeki. Dalam masyarakat yang tidak mengenal batas-batas individual, sejarah merupakan perjuangan dialektis yang berjalan tanpa kendali dari pertentangan-pertentangan golongan yang didorong oleh ketidakserasian antara pertumbuhan kekuatan produksi disatu pihak dan pengumpulan kekayaan oleh golongan-golongan kecil dengan hak-hak istimewa di lain pihak (57:20). Karena kemerdekaan tak terbatas mendorong timbulnya jurang-jurang pemisah antara kekayaan dan kemiskinan yang semakin dalam. Proses selanjutnya - yaitu bila sudah mencapai batas maksimal - pertentangan golongan itu akan menghancurkan sendi-sendi tatanan sosial dan membinasakan kemanusiaan dan peradabannya (17:16).

Dalam masyarakat yang tidak adil, kekayaan dan kemiskinan akan terjadi dalam kualitas dan proporsi yang tidak wajar sekalipun realitas selalu menunjukkan perbedaan-perbedaan antara manusia dalam kemampuan fisik maupun mental namun dalam kemiskinan dalam masyarakat dengan pemerintah yang tidak menegakkan keadilan adalah keadilan yang merupakan perwujudan dari kezaliman. Orang-orang kaya menjadi pelaku daripada kezaliman sedangkan orang-orang miskin dijadikan sasaran atau korbannya. Oleh karena itu sebagai yang menjadi sasaran kezaliman, orang-orang miskin berada di pihak yang benar. Pertentangan antara kaum miskin menjadi pertentangan antara kaum yang menjalankan kezaliman dan yang dizalimi. Dikarenakan kebenaran pasti menang terhadap kebhatilan, maka pertentangan itu disudahi dengan kemenangan tak terhindar bagi kaum miskin, kemudian mereka memegang tampuk pimpinan dalam masyarakat (4:160-161, 26:182-183, 2:279, 28:5).

Kejahatan di bidang ekonomi yang menyeluruh adalah penindasan oleh kapitalisme. Dengan kapitalisme dengan mudah seseorang dapat memeras orang-orang yang berjuang mempertahankan hidupnya karena kemiskinan, kemudian merampas hak-haknya secara tidak sah, berkat kemampuannya untuk memaksakan persyaratan kerjanya dan hidup kepada mereka. Oleh karena itu menegakkan keadilan mencakup pemberantasan kapitalisme dan segenap usaha akumulasi kekayaan pada sekelompok kecil masyarakat (2:278-279). Sesudah syirik, kejahatan terbesar kepada kemanusiaan adalah penumpukan harta kekayaan beserta penggunaanya yang tidak benar, menyimpang dari kepentingan umum, tidak mengikuti jalan Tuhan (104:1-3). Maka menegakkan keadilan inilah membimbing manusia ke arah pelaksanaan tata masyarakat yang akan memberikan kepada setiap orang kesempatan yang sama untuk mengatur hidupnya secara bebas dan terhormat (amar ma'ruf) dan pertentangan terus menerus terhadap segala bentuk penindasan kepada manusia kepada kebenaran asasinya dan rasa kemanusiaan (nahi munkar). Dengan perkataan lain harus diadakan restriksi-restriksi atau cara-cara memperoleh, mengumpulkan dan menggunakan kekayaan itu. Cara yang tidak bertentangan dengan kamanusiaan diperbolehkan (yang ma'ruf dihalalkan) sedangkan cara yang bertentangan dengan kemanusiaan dilarang (yang munkar diharamkan) (3:110).

Pembagian ekonomi secara tidak benar itu hanya ada dalam suatu masyarakat yang tidak menjalankan prisip Ketuhanan YME, dalam hal ini pengakuan berketuhanan YME tetapi tidak melaksanakannya sama nilainya dengan tidak berketuhanan sama sekali. Sebab nilai-nilai yang tidak dapat dikatakan hidup sebelum menyatakan diri dalam amal perbuatan yang nyata (61:2-3).

Dalam suatu masyarakat yang tidak menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya tempat tunduk dan menyerahkan diri, manusia dapat diperbudaknya antara lain oleh harta benda. Tidak lagi seorang pekerja menguasai hasil pekerjaanya, tetapi justru dikuasai oleh hasil pekerjaan itu. Produksi seorang buruh memperbesar kapital majikan dan kapital itu selanjutnya lebih memperbudak buruh. Demikian pula terjadi pada majikan bukan ia menguasai kapital tetapi kapital itulah yang menguasainya. Kapital atau kekayaan telah menggenggam dan memberikan sifat-sifat tertentu seperti keserakahan, ketamakan dan kebengisan.

Oleh karena itu menegakkan keadilan bukan saja dengan amar ma'ruf nahi munkar sebagaimana diterapkan di muka, tetapi juga melalui pendidikan yang intensif terhadap pribadi-pribadi agar tetap mencintai kebenaran dan menyadari secara mendalam akan andanya Tuhan. Sembahyang merupakan pendidikan yang kontinyu, sebagai bentuk formil peringatan kepada tuhan. Sembahyang yang benar akan lebih efektif dalam meluruskan dan membetulkan garis hidup manusia. Sebagaimana ia mencegah kekejian dan kemungkaran (29:45). Jadi sembahyang merupakan penopang hidup yang benar (Hadist: “sembahyang adalah tiang agama. Barangsiapa mengerjakannya berarti menegakkan agama. Barangsiapa meninggalkannya berarti merobohkan agama” -Baihaqi). Sembahyang menyelesaikan masalah-masalah kehidupan, termasuk pemenuhan kebutuhan yang ada secara instrinsik pada rohani manusia yang mendalam, yaitu kebutuhan sepiritual berupa pengabdian yang bersifat mutlak (31:30). Pengabdian yang tidak tersalurkan secara benar kepada tuhan YME tentu tersalurkan kearah sesuatu yang lain. Dan membahayakan kemanusiaan. Dalam hubungan itu telah terdahulu keterangan tentang syirik yang merupakan kejahatan fundamental terhadap kemanusiaan.

Dalam masyarakat yang adil mungkin masih terdapat pembagian manusia menjadi golongan kaya dan miskin. Tetapi hal itu terjadi dalam batas-batas kewajaran dan kemanusian dengan pertautan kekayaan dan kemiskinan yang mendekat. Hal itu sejalan dengan dibenarkannya pemilikan pribadi (private ownership) atas harta kekayaan dan adanya perbedaan-perbedaan tak terhindar dari pada kemampuan-kemampuan pribadi, fisik maupun mental (30:37).

Walaupun demikian usaha-usaha kearah perbaikan dalam pembagian rejeki ke arah yang merata tetap harus dijalankan oleh masyarakat. Dalam hal ini zakat adalah penyelesaian terakhir masalah perbedaan kaya dan miskin itu. Zakat dipungut dari orang-orang kaya dalam jumlah presentase tertentu untuk dibagikan kepada orang miskin (9:60). Zakat dikenakan hanya atas harta yang diperoleh secara benar, sah, dan halal saja. Sedang harta kekayaan yang haram tidak dikenakan zakat tetapi harus dijadikan milik umum guna manfaat bagi rakyat dengan jalan penyitaan oleh pemerintah. Oleh karena itu, sebelum penarikan zakat dilakukan terlebih dahulu harus dibentuk suatu masyarakat yang adil berdasarkan ketuhanan Tuhan Yang Maha Esa, dimana tidak lagi didapati cara memperoleh kekayaan secara haram, dimana penindasan atas manusia oleh manusia dihapuskan (2:188).

Sebagaimana ada ketetapan tentang bagaimana harta kekayaan itu diperoleh, juga ditetapkan bagaimana mempergunakan harta kekayaan itu. Pemilikan pribadi dibenarkan hanya jika hanya digunakan hak itu tidak bertentangan, pemilikan pribadi menjadi batal dan pemerintah berhak mengajukan konfiskasi.

Seorang dibenarkan mempergunakan harta kekayaan dalam batas-batas tertentu, yaitu dalam batas tidak kurang tetapi juga tidak melebihi rata-rata penggunaan dalam masyarakat (25:67). Penggunaan yang berlebihan (tabzier atau israf) bertentangan dengan perikemanusiaan (17:26-27). Kemewahan selalu menjadi provokasi terhadap pertentangan golongan dalam masyarakat membuat akibat destruktif (17:16). Sebaliknya penggunaan kurang dari rata-rata masyarakat (taqti) merusakkan diri sendiri dalam masyarakat disebabkan membekunya sebagian dari kekayaan umum yang dapat digunakan untuk manfaat bersama (47:38).

Hal itu semuanya merupakan kebenaran karena pada hakekatnya seluruh harta kekayaan ini adalah milik Tuhan (10:55). Manusia seluruhnya diberi hak yang sama atas kekayaan itu dan harus diberikan bagian yang wajar dari padanya (7:10).

Pemilikan oleh seseorang (secara benar) hanya bersifat relatif sebagai mana amanat dari Tuhan. Penggunaan harta itu sendiri harus sejalan dengan yang dikehendaki Tuhan, untuk kepentingan umum (57:7). Maka kalau terjadi kemiskinan, orang-orang miskin diberi hak atas sebagian harta orang-orang kaya, terutama yang masih dekat dalam hubungan keluarga (70:24-25). Adalah kewajiban negara dan masyarakat untuk melindungi kehidupan keluarga dan memberinya bantuan dan dorongan. Negara yang adil menciptakan persyaratan hidup yang wajar sebagaimana yang diperlukan oleh pribadi-pribadi agar diandan keluarganya dapat mengatur hidupnya secara terhormat sesuai dengan kainginan-keinginannya untuk dapat menerima tanggungjawab atas kegiatan-kegiatnnya. Dalam prakteknya, hal itu berarti bahwa pemerintah harus membuka jalan yang mudah dan kesempatan yang sama kearah pendidikan, kecakapan yang wajar kemerdekaan beribadah sepenuhnya dan pembagian kekayaan bangsa yang pantas.


VII. KEMANUSIAAN DAN ILMU PENGETAHUAN

Dari seluruh uraian yang telah di kemukakan, dapatlah disimpulkan dengan pasti bahwa inti dari pada kemanusiaan yang suci adalah Iman dan kerja kemanusiaan atau Amal Saleh (95:6).

Iman dalam pengertian kepercayaan akan adanya kebenaran mutlak yaitu Tuhan Yang Maha Esa, serta menjadikanya satu-satunya tujuan hidup dan tempat pengabdian diri yang terakhir dan mutlak. Sikap itu menimbulkan kecintaan tak terbatas pada kebenaran, kesucian dan kebaikan yang menyatakan dirinya dalam sikap prikemanusiaan. Sikap prikemanusiaan menghasilkan amal saleh, artinya amal yang bersesuaian dengan dan meningkatkan kemanusiaan. Sebaik-baiknya manusia ialah yang berguna untuk sesamanya. Tapi bagaimana hal itu harus dilakukan manusia?

Sebagaimana setiap perjalanan kearah suatu tujuan ialah gerakan kedepan demikian pula perjalanan ummat manusia atau sejarah adalah gerakan maju kedepan. Maka semua nilai dalam kehidupan relatif adanya berlaku untuk suatu tempat dan suatu waktu tertentu. Demikianlah segala sesuatu berubah, kecuali tujuan akhir dari segala yang ada yaitu kebenaran mutlak (Tuhan) (28:88). Jadi semua nilai yang benar adalah bersumber atau dijabarkan dari ketentuan-ketentuan hukum-hukum Tuhan (6:57).

Oleh karena itu manusia berikhtiar dan merdeka, ialah yang bergerak. Gerakan itu tidak lain dari pada gerak maju kedepan (progresif). Dia adalah dinamis, tidak statis. Dia bukanlah seorang tradisional, apalagi reaksioner (17:36).  Dia menghendaki perubahan terus menerus sejalan dengan arah menuju kebenaran mutlak. Dia senantiasa mencari kebenaran-kebenaran selama perjalanan hidupnya. Kebenaran-kebenaran itu menyatakan dirinya dan ditemukan di dalam alam dari sejarah umat manusia.

Ilmu pengetahuan adalah alat manusia untuk mencari dan menemukan kebenaran-kebenaran dalam hidupnya, sekalipun relatif namun kebenaran-kebenaran merupakan tonggak sejarah yang mesti dilalui dalam perjalanan sejarah menuju kebenaran mutlak. Dan keyakinan adalah kebenaran mutlak itu sendiri pada suatu saat dapat dicapai oleh manusia, yaitu ketika mereka telah memahami benar seluruh alam dan sejarahnya sendiri (41:53).

Jadi ilmu pengetahuan adalah persyaratan dari amal soleh. Hanya mereka yang dibimbing oleh ilmu pengetahuan dapat berjalan diatas kebenaran-kebenaran, yang menyampaikan kepada kepatuhan tanpa reserve kepada Tuhan Yang Maha Esa (35:28). Dengan iman dan kebenaran ilmu pengetahuan manusia mencapai puncak kemanusiaan yang tertinggi (58:11).

Ilmu pengetahuan ialah pengertian yang dipunyai oleh manusia secara benar tentang dunia sekitarnya dan dirinya sendiri. Hubungan yang benar antara manusia dan alam sekelilingnya ialah hubungan dan pengarahan. Manusia harus menguasai alam dan masyarakat guna dapat mengarahkanya kepada yang lebih baik. Penguasaan dan kemudian pengarahan itu tidak mungkin dilaksanakan tanpa pengetahuan tentang hukum-hukumnya agar dapat menguasai dan menggunakanya bagi kemanusiaan. Sebab alam tersedia bagi ummat manusia bagi kepentingan pertumbuhan kemanusiaan. Hal itu tidak dapat dilakukan kecuali mengerahkan kemampuan intelektualitas atau rasio (45:13). 

Demikian pula manusia harus memahami sejarah dengan hukum-hukum yang tetap (3:137). Hukum sejarah yang tetap (sunatullah untuk sejarah) yaitu garis besarnya ialah bahwa manusia akan menemui kejayaan jika setia kepada kemanusiaan fitrinya dan menemui kehancuran jika menyimpang daripadanya dengan menuruti hawa nafsu (91:9-10). 

Tetapi cara-cara perbaikan hidup sehingga terus-menerus maju kearah yang lebih baik sesuai dengan fitrah adalah masalah pengalaman. Pengalaman ini harus ditarik dari masa lampau, untuk dapat mengerti masa sekarang dan memperhitungkan masa yang akan datang (12:111). Menguasai dan mengarahkan masyarakat ialah mengganti kaidah-kaidah umumnya dan membimbingnya kearah kemajuan dan kebaikan. 




VIII. KESIMPULAN DAN PENUTUP

Dari seluruh uraian yang telah lalu dapatlah diambil kesimpulan secara garis besar sbb:

1.    Hidup yang benar dimulai dengan percaya atau iman kepada Tuhan. Tuhan YME dan keinginan mendekat serta kecintaan kepada-Nya, yaitu takwa. Iman dan takwa bukanlah nilai yang statis dan abstrak. Nilai-nilai itu mamancar dengan sendirinya dalam bentuk kerja nyata bagi kemanusiaan dan amal saleh. Iman tidak memberi arti apa-apa bagi manusia jika tidak disertai dengan usaha-usaha dan kegiatan-kegiatan yang sungguh-sungguh untuk menegakkan perikehidupan yang benar dalam peradaban dan berbudaya.

2.    Iman dan takwa dipelihara dan diperkuat dengan melakukan ibadah atau pengabdian formil kepada Tuhan. Ibadah mendidik individu agar tetap ingat dan taat kepada Tuhan dan berpegang tuguh kepada kebenaran sebagai mana dikehendaki oleh hati nurani yang hanif. Segala sesuatu yang menyangkut bentuk dan cara beribadah menjadi wewenang penuh dari pada agama tanpa adanya hak manusia untuk mencampurinya. Ibadat yang terus menerus kepada Tuhan menyadarkan manusia akan kedudukannya di tengah alam dan masyarakat dan sesamanya. Ia tidak melebihkan diri sehingga mengarah kepada kedudukan Tuhan dengan merugikan kemanusiaan orang lain, dan tidak mengurangi kehormatan dirinya sebagai mahluk tertinggi dengan akibat perbudakan diri kepada alam maupun orang lain Dengan ibadah manusia dididik untuk memilki kemerdekaannya, kemanusiaannya dan dirinya sendiri, sebab ia telah berbuat ikhlas, yaitu pemurniaan pengabdian kepada Kebenaran semata.

3.    Kerja kemanusiaan atau amal saleh mengambil bentuknya yang utama dalam usaha yanag sungguh-sungguh secara essensial menyangkut kepentingan manusia secara keseluruhan, baik dalam ukuran ruang maupun waktu. Yaitu menegakkan keadilan dalam masyarakat sehingga setiap orang memperoleh harga diri dan martabatnya sebagai manusia. Hal itu berarti usaha-usaha yang terus menerus harus dilakukan guna mengarahkan masyarakat kepada nilai-nilai yang baik, lebih maju dan lebih insani usaha itu ialah "amar ma'ruf”, disamping usaha lain untuk mencegah segala bentuk kejahatan dan kemerosotan nilai-nilai kemanusiaan atau nahi mungkar. Selanjutnya bentuk kerja kemanusiaan yang lebih nyata ialah pembelaan kaum lemah, kaum tertindas dan kaum miskin pada umumnya serta usaha-usaha kearah peningkatan nasib dan taraf hidup mereka yang wajar dan layak sebagai manusia.

4.    Kesadaran dan rasa tanggungjawab yang besar kepada kemanusiaan melahirkan jihad, yaitu sikap berjuang. Berjuang itu dilakukan dan ditanggung bersama oleh manusia dalam bentuk gotong royong atas dasar kemanusiaan dan kecintaan kepada Tuhan. Perjuangan menegakkan kebenaran dan keadilan menuntut ketabahan, kesabaran, dan pengorbanan. Dan dengan jalan itulah kebahagiaan dapat diwujudkan dalam masyarakat manusia. Oleh sebab itu persyaratan bagi berhasilnya perjuangan adalah adanya barisan yang merupakan bangunan yang kokoh kuat. Mereka terikat satu sama lain oleh persaudaraan dan solidaritas yang tinggi dan oleh sikap yang tegas kepada musuh-musuh dari kemanusiaan. Tetapi justru demi kemanusiaan mereka adalah manusia yang toleran. Sekalipun mengikuti jalan yang benar, mereka tidak memaksakan kepada orang lain atau golongan lain.

5.    Kerja kemanusiaan atau amal saleh itu merupakan proses perkembangan yang permanen. Perjuang kemanusiaan berusaha mengarah kepada yang lebih baik, lebih benar. Oleh sebab itu, manusia harus mengetahui arah yang benar dari pada perkembangan peradaban disegala bidang. Dengan perkataan lain, manusia harus mendalami dan selalu mempergunakan ilmu pengetahuan. Kerja manusia dan kerja kemanusiaan tanpa ilmu tidak akan mencapai tujuannya, sebaliknya ilmu tanpa rasa kemanusiaan tidak akan membawa kebahagiaan bahkan mengahancurkan peradaban. Ilmu pengetahuan adalah karunia Tuhan yang besar artinya bagi manusia. Mendalami ilmu pengetahun harus didasari oleh sikap terbuka. Mampu mengungkapkan perkembangan pemikiran tentang kehidupan berperadaban dan berbudaya. Kemudian mengambil dan mengamalkan diantaranya yang terbaik.

Dengan demikian, tugas hidup manusia menjadi sangat sederhana, yaitu beriman, berilmu dan beramal.



RUJUKAN NILAI DASAR PERJUANGAN
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM


DASAR–DASAR KEPERCAYAAN


1.         Al – qur’an. S. An – nahal (XVI) 89, artinya : “dan kami (Tuhan) telah menurunkan kepada engkau (Muhammad) sebuah kitab (Al – qur’an) sebagai keterangan tentang sesuatu serta sebagai petunjuk, rahmat dan kabar gembira bagi orang – orang muslim.”
2.         Al – qur’an. S. Al – Ikhlas (CXII) : 1 – 4 artinya : “Katakanlah : Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dia adalah Tuhan, Tuhan segala tempat harapan. Tiada ia berputar dan tiada pula berbapak serta tiada satupun baginya sepadan.”
3.         Al – qur’an. S. Al – Hadid (LVII) : 3, artinya : “Dia adalah yang pertama dan terakhir dan yang lahir dan bathin.”
4.         Al – qur’an S. Al – Baqarah (II) 115, artinya : “Maka kemanapun jua berpaling, disanalah wajah Tuhan.”
5.         Al – qur’an. S. Al – an’am (VI) : 73, artinya : “Dan dia (Tuhan) beserta kamu dimanapun kamu berada.”
6.         Al – qur’an. S. Al – an’am (VI) : 73, artinya : “Dan dia (Tuhan) menciptakan segala sesuatu kemudian mengaturnya dengan peraturan yang pasti.”
7.         Al – qur’an. S. Al – Mu’min (XXIII) : 14, artinya : “Maka Maha Mulialah Tuhan, sebaik – baiknya pencipta.”
8.         Al – qur’an. S. Luqman (XXXI) 20, artinya : “Tidaklah kamu memperhatikan bahwa Allah menyediakan bagimu segala sesuatu yang ada di langit dan segala sesuatu yang ada di bumi dan melimpahkannya kepada kami karunia – karunia mendatar-Nya baik yang nampak maupun yang tidak nampak.”
9.         Al – qur’an, S. Yunus (X) : 101, artinya : “Katakanlah : Perhatikan olehmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi, tanda – tanda dan peringatan itu tidak ada berguna bagi golongan manusia yang tidak percaya.”
10.     Al – qur’an, S. Shod (XXXVIII) : 27, artinya : “Tidaklah kamu (Tuhan) menciptakan lagit dan bumi dan segala  sesuatu yang ada diantara keduanya itu secara palsu hal itu hanyalah prasangka orang – orang kafir saja.”
11.     Al – qur’an, S. Al – Tien (XCVO) : 4, artinya : “Sesungguhnya kami (Tuhan) telah menciptakan manusia – manusia dalam bentuk yang sebaik – baiknya.”
12.     Al – qur’an, S. Al – Isra (XVII) : 70, artinya : “Dan kami lebih mereka itu (umat manusia) di atas banyak dari segala sesuatu yang kami ciptakan dengan kelebihan yang nyata.”
13.     Al – qur’an, S. Al – an’am (VI) : 165, artinya : “Dan dialah (Tuhan) yang menjadikan kamu sekalian (umat manusia) sebagai khalifa – khalifah bumi, serta melebihkan sebahagian dari kamu atas sebagian yang lain bertingkat – tingkat untuk menguji kamu dalam hal – hal yang telah diuraikan kepada kamu. Sesungguhnya Tuhan cepat siksanya (akibat buruk daripadanya perbuatan manusia yang salah) dan dia pastilah Maha Pengampun dan Maha Penyayang (memberikan akibat baik atas perbuatan manusia yang benar).”
14.     Al – qur’an, S. Hud (XI) : 16 artinya : “Dia (Tuhan) menumbuhkan kamu (umat islam) dari bumi dan menyuruh kamu memakmurkannya.
15.     Al – qur’an, S. Al – Ahzab (XXXIII) : 72, artinya : “Sesungguhnya kamu (Tuhan) menawarkan semua amanah (akal pikiran) kepada langit, bumi dan gunung – gunung, maka mereka itu menolak untuk menanggungnya dan merasakan keberatan atas amanah itu, manusialah yang menanggungnya, sesungguhnya manusia mempersulit diri sendiri dan bodoh.”
16.     Al – qur’an, S. Al – Ankabut (XXVII) : 20, artinya : “Katakanlah : mengembaralah kamu ke muka bumi, kemudian perhatikanlah olehmu bagaimana Allah memulai penciptaan-Nya kemudian mengembangkan pertumbuhan yang pertumbuhan sesungguhnya Allah itu Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
17.     Al – qur’an. S. Al – Qashash (XXVII) : 20, artinya : “Katakanlah : Mengembaralah kamu ke muka bumi, kemudian perhatikanlah olehmu bagaimana Allah memulai penciptaan-Nya kemudian mengembangkan pertumbuhan yang kemudian, sesungguhnya Allah itu Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
18.     Al – qur’an, S. Al – Isra (XVII) : 72, artinya : “Dan barang siapa disini (dunia) buta (tidak berilmu), maka di akhirat nanti akan buta pula dan lebih sesat lagi jalannya.”
19.     Al – qur’an, S. Al – Isra (XVII) : 36, artinya : “Dan janganlah engkau mengikuti sesuatu yang tidak engkau mempunyai pengertian tentang hal itu, sebab sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati nurani itu semuanya pertanggungjawab atas hal tersebut.”
20.     Al – qur’an, S. Al – Mujaadalah (LVII) : 11, artinya : “Allah mengangkat orang – orang beriman diantara kamu dan berilmu bertingkat – tingkat.”
21.     Al – qur’an, S. Fushilat (1) : artinya : “Janganlah kamu bersujud kepada matahari ataupun bulan tetapi bersujudlah kepada Allah yang menciptakan.”
22.     Al – qur’an, S. Al – Fatihah (1) : artinya : “Janganlah kamu bersujud kepada matahari ataupun bulan tetapi bersujudlah kepada Allah yang menciptakan.”
23.     Al – qur’an, S. Al – Hajj (XXII) : 56, artinya : “Kerajaan pada hari itu hanyalah bagi Allah, Dia mengadili antara manusia (suatu lukisan simbolis). “Bagi siapakah pekerjaan hari ini ? bagi Allah Yang Maha Esa dan Maha Perkasa.”
24.     Al – qur’an, S. Al – Baqarah (11) : 48, artinya : “Dan berjaga – jagalah kamu sekalian terhadap massa dimana seseorang tidak sedikitpun membela orang – orang lain dan dimana tidak di terima suatu pertolongan dan tidak suatu tebusan serta tidak pula itu akan dibantunya.”
25.     Al – qur’an, S. Al – A’raf (II) : 187, artinya : “Mereka bertanya kepada engkau (Muhammad) tentang hari kiamat kapan akan terjadi ? Jawablah : sesungguhnya pengetahuan tentang hari kiamat itu hanya ada pada Tuhan. Tidak seorangpun dapat menjelaskan selain dari Dia Sendiri.”

PENGERTIAN DASAR TENTANG KEMANUSIAAN

1.         Al – qur’an, S. Ar – Rum (XXX) 30, artinya : “Hadapkan dengan seluruh dirimu itu kepada agama (Islam) sebagaimana engkau adalah hanief (secara kodrat melihat kebenaran, itulah fitrah Tuhan yang telah memfitrahkan manusia padanya).”
2.         Al – qur’an, S. Adz – Dzariyat (XVL) 56, artinya : “Aku (Tuhan) tidaklah menciptakan jin dan manusia hanyalah untuk berbakti kepada-Ku.”
3.         Al – qur’an, S. At – Taubah (IX) 105, artinya : “Katakanlah, bekerjalah kamu sekalian ! Tuhan akan melihat kerjamu demikian juga Rasul-nya dan orang – orang beriman (masyarakat).”
4.         Al – qur’an, S. At – Taubah (IX) 2 – 3, artinya : “Hai orang – orang yang beriman, mengapakah kamu mengadakan  sesuatu yang tidak kamu kerjakan ? besar dosanya bagi Tuhan jika kamu mengatakan sesuatu yang tidak baik kamu kerjakan.”
5.         Al – qur’an, S. An – Nahl (IV) 3, artinya : “Barang siapa siap berbuat baik lelaki maupun perempuan sedangkan ia beriman, maka pastikan kami (Tuhan) berikan kepadanya hidup yang bahagia dan pasti kami berikan pahala bagi mereka dengan sebaik – baiknya apa yang telah mereka perbuat.”
6.         Al – qur’an, S. Al – Ankabut (XXIX) 6, artinya : “Barang siapa berjuang, maka sebenarnya dia berjuang untuk dirinya sendiri.”
7.         Al – qur’an, S. An – Nisa (IV), 125 artinya : “Siapakah yang lebih baik agama daripada orang yang menyerahkan  diri dengan agama dari dengan seluruh pribadinya kepada Tuhan yang dan dia berbuat baik (cinta kabikan) serta mengikuti ajaran Ibrahim secara Hanief.”
8.         Al – qur’an, Az – Zumar (XXXIV) 18, artinya : ‘Mereka yang mendengarkan perkataan (pendapat) berusaha mengikuti yang terbaik (benar) daripadanya, mereka itulah yang mendapatkan petunjuk dari Tuhan dan mereka itulah yang orang – orang yang mempunyai fikiran.
9.         Al- qur’an, S. Al-Baqarah (II) 28 artinya  : “Tuhan memberikan keijaksanaan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya . Maka barang siapa yang mendapat kebijaksanaan itu sesungguhnya dia telah memperoleh kebaikan yang melimpah . Dan tidak memikirkan hal itu kecuali orang-orang yang berasal ”
10.     Al-Qur’an . S. Al-An’am (VI) 269 . artinya : “Barang siapa yang tuhan kehendaki untuk diberikan kepadanya petunjuk (kepada kebenaran), tetapi barang siapa yang dikehendaki Tuhan untuk disesatkan maka dadanya dijadikan sempit dan sesak, seakan-akan dia sedang naik kelangit”.
11.     Al-Qur’an S.Ali-Imran (III) 123, artinya : “ ( orang yang bertaqwa itu ) mereka yang dapat menahan marah, suka memaafkan kepada sesama manusia dan Tuhan cinta kepada orang orang yang selalu berbuat baik “.
12.     Al-Qur’an. S. Baiynah ( XCVIII) 5. artinya : “ Mereka tidaklah diperintahkan kecuali untuk berbakti kepada Tuhan dengan mengikhlaskan agama (kebatinan) semata-mata kepada-Nya secara Hanief (mencari kebenaran) menegakkan sembahyang mengeluarkan zakat,itulah jalan (agama) yang benar.”        
13.     Al-qur’an, S. Al-Baqarah (II) 28 ,artinya : ’’Tuhan memberikan  kebijaksanaan kepada siapa saja yang dikenhendaki-Nya. Maka barang siapa yang mendapat kebijaksanaan itu sesungguhnys dia telah memperoleh kebaikan yang melimpah. Dan tidak memikirkan hal itu kecuali orang-orang yang berasal “.
14.     Al-Qur’an,S. Al-Insan (LXXVI) 8-9, artinya : “ Dan mereka itu memberikan makan kepada orang miskin Anak-anak yatim dan orang tertawa atas dasar sukarela mereka berkata : Kami memberi makan kepadamu semata-mata hanya karena diri Tuhan (mencari ridho-Nya) bukan karena mengharapkan balasan atau ucapan terima kasih.
15.     Dari kesimpulan dari gambaran surat Al-qura’an, S Al-baqarah (II) 263, artinya :’’hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menggugurkan sedekahnya dengan cacian dan celaan, sebagaimana orang yang mendarmakan hartanya  karena pamrih kepada sesama manusia serta tidak percaya kepada Tuhan dan hari kemudian. Maka perumpamaan baginya adalah seperti batu yang di atasnya ada debu dan kemudian di sapu oleh hujan dan batu itu tertinggal licin. Mereka itu sedikitpun menguasai apa yang telah mereka kerjakan.’’
16.     Disimpulkan dari Al-qur’an, S. Fatir (XXXV), artinya : “ Barang siapa menghendaki kemudian itu aada pada Tuhan, kpada-Nya ucapan yang baik menuju pekerjaan yang diangkat-nya.

 

KEMERDEKAAN MANUSIA (IKHTIAR) DAN KEHARUSAN UNIVRSAL (TAQDIR


1.         Tersimpul dalam Al-qur’an, S. Al-Anfal (VIII) 23, artinya : “Berhati-hatilah kau terhadap malapetaka yang benar-benar tidaknya mnimpa orang-orang jahat diantara kamu.”
2.         Al-qur’an, S. Al-Baqarah (II) 46, artinya : “ Berhati-hatilah kamu sekalian akan hari (akhirat) dimana seseorang tidak dapat membela orang lain sedikitpun dan tidak pula diterima pertolongan dan tebusan daripadanya serta tidak pula orang-orang itu dibantu.”
3.         Al-qur’an, S. Lukman (XXXI) 46, artinya : “Ingatlah selalu akan hari (kiamat) dimana seorang ayah tidak menanggung anaknya dan tidak pula seorang anak mennggung ayahny sedikitpun.”
4.         Al-qur’an, S. Al-hadid (XVII) 22, artinya : “Tidaklah terjadi sesuatu kejadianpun dimuka bumi ini dan pada diri kamu sekalian (masyarakat) melainkan ada dalam catatan sebelum kamu beberkan. Sesungguhnya hal itu bagi Tuhan prkara yang mudah.”
5.         Al-qur’an, S.Ar-Ra’d (XII), artinya : “ Sesungguhnya Tuhan tidak merubahsesuatu (nasib) yang ada pada suatu bangsa sehingga mereka merubah sendiri apayang ada pada diri (jiwa) mereka.”
6.         Al-qur’an, S. Al-Hadid, artinya : “ Agar kamu tidak putus asa kemalangan yng menimpa dan tidak pula terlalu bersuka ria dengan kemajuan yang akan datang padamu.”

KETUHANAN YANG MAH ESA DAN PERIKEMANUSIAAN


1.         Al - qur’an, S. Lukman (XXXI) 30, artinya : “Demikianlah sebab sesungguhnya Tuhan itulah kebenaran, sedang apa yang mereka suka selain-Nya adalah kepalsuan dan sesungguhnya Tuhan itu Maha Tinggi dan Maha Agung.
2.         Al – qur’an, S. Ali – Imran (III) 6, artinya : “Tidak lagi seorangpun suatu kebahagiaan itu dianugerahkan oleh-Nya (Tuhan) kecuali (Amal perbuatan) semata – mata untuk mencari (ridho) Tuhan Yang Maha Tinggi, dan tentulah ia akan meridhoinya.”
3.         Al – qur’an, S. Ali – Imran (III) 19, artinya : “Sesungguhnya agama itu bagi Tuhan adalah penyerahan diri (Islam).”
4.         Al – qur’an, S. Al – Ahzab (XXXIII) 49, artinya : “Mereka yang menyampaikan ajaran – ajaran Tuhan dan tidak menghambakan dirinya kepada siapapun selain kepada Tuhan dan cukuplah Tuhan yang memperhitungkan (amal mereka).”
5.         Al – qur’an, S. Asy – Syu’ara (XXVI) 226, artinya : “Dan sesungguhnya mereka itu mengatakan hal – hal yang mereka tidak kerjakan.”
6.         Tentang rangkaian tak terpisahkan dari pada iman dan amal saleh dapat dilihat dari pengulangan tidak kurang dari lima puluh kali kata – kata Aamu wa’amilus shaihat dan terdapat dimana – mana di dalam Al – qur’an.
7.         Al – qur’an, S. Ann – Nur (XXVI) 39, artinya : ‘Orang – orang kafir itu amal dan perbuatannya bagaikan fata morgana di satu lembah. Orang yang kehausan mengirimnya air, tetapi setelah ditanda tanganinya tidak didapatnya suatu apapun.”
8.         Al – qur’an, S. Al – Baqarah (II) 109, artinya : “Apakah orang yang mendirikan bangunannya di atas dasar taqwa kepada Tuhan dan mencari ridho-Nya itu lebih baik, ataukah orang yang mendirikan bangunannya pada tepi jurang yang retak kemudian roboh bersamanya masuk neraka jahanam.”
9.         Al – qur’an, S. Lukman (XXXI) 13, artinya : “Sesungguhnya syirik itu kesalahan yang besar.”
10.     Imam tidak mungkin bercampur dengan kejahatan, sebagai mana tersimpul dalam Al – qur’an, S. Al – An’am (VI) 84, artinya : ‘Mereka yang beriman dan tidak mencampur iman mereka dengan kejahatan, mereka itulah yang mendapat petunjuk.”
11.     Hadist, artinya : “Sesungguhnya yang paling khawatirkan sekalian ialah syirik kecil yaitu ria (pamrih).”
12.     Disimpulkan dari titik perpisahan antara orang – orang kafir pemegang Kitab Suci (Kristen dan Yahudi) dalam al – Qur’an, S. Ali Imran (111) 64, artinya : “Katakanlah : Hai orang pemegang Kitab Suci Kristen dan Yahudi marilah kamu sekalian menuju titik persamaan antara kami (ummat Islam0 dan kamu, yaitu bahwa kita tidak mengabdi kecuali pada Tuhan Yang Maha Esa kita tidak sedikitpun membuat syirik kepada-Nya dan tidak pula sebagian kita mengangkat sebagian yang lain menjadri Tuhan – tuhan (dengan kekuasaan dan wewenang seperti dan Tuhan Yang Maha Esa) selain Tuhan Yang Maha Esa, Kemudian jika mereka mengejak katakanlah : Jadilah kamu sekalian sebagai saksi kepada Tuhan saja”.
13.     Al – Qur’an, S. An – Nahl (XVI) 90, artinya : “Sesungguhnya Tuhan memerintahkan untuk menegakkan keadilan dan menguasahakan perbaikan.”

INDIVIDU DAN MASYARAKAT

1.         Al – Qur’an, S. Az – Zukhruf (XLII), artinya : “Kami (Tuhan) membagi–bagi di antara mereka manusia kehidupan mereka di dunia.”
2.         Al – Qur’an, S. Al – Maidah (V) : 48, artinya : “Bagi setiap golongan diantara kamu ialah kami tetapkan suatu cara dan jalan hidup tertentu.”
3.         Al – Qur’an, S. Al – Lail (XCII) : 4, artinya : “Sesungguhnya usahamu sekalian (manusia) sangat beraneka ragam.”
4.         Al – Qur’an, S. Al – Isra’ (XVII) : 84, artinya : “Katakanlah : Setiap orang bekerja sesuai dengan pembawaannya. Sebenarnya Tuhanmulah Pula yang lebih mengetahui siapa yang lebih benar kalau hidupnya.”
5.         Al – Qur’an, S. Az – Zumar (XXXIX) 39, artinya : “Katakanlah : Hai Kaumku, bekerjalah sesuai dengan keadaanmu, sesungguhnya aku akan bekerja (Pula), maka kelak kamu akan mengetahuinya juga.”
6.         Al – Qur’an, S. Yusuf (XII) 53, artinya : “Bengotong – royonglah kamu sekalian dalam kebaikan dan taqwa dan janganlah kamu bergotong – royong dalam kejahatan dan permusuhan.”
7.         Al – Qur’an, SYAI – Maidah (V) 2, artinya : “Bergotong – royonglah kamu sekalian dalam kebaikan dan taqwa dan janganlah kamu bergotong – royong daam kejahatan dan permusuhan.”
8.         Al – Qur’an, S. ZakZalah (XCIX) 7 – 8, artinya : “Barang siapa mengerjakan seberat atom kebaikan dan akan menyaksikan (akibat baiknya) dan barang siapa mengerjakan seberat atom kejahatan diapun akan menyaksikan (akibat buruknya)”.
9.         Al – Qur’an, S. At – Taubah (IX) : 75, artinya : “Dan jika orang – orang (Jahat) itu bertaubat maka kebaikan bagi mereka, tetap jika mereka membanggakan maka Tuhan akan menyiksa mereka dengan siksaan yang pedih di dunia dan akhirat.”
10.     Al – Qur’an, S. An – Nahl 30, artinya : “Dan mereka yang be ang dijalan-Ku (kebenaran), maka pasti Aku tunjukkan jalannya (mencapai tujuan) sesungguhnya Tuhan itu cinta kepada orang – orang yang selalu berbuat baik (progresif).”
11.     Al – Qur’an, S. Al – Hujarat (XLIX) 13, artinya : “Hai sekalian ummat manusia, sesungguhnya Kami (Tuhan) telah menciptakan kamu dari laki – laki dan perempuan dan kami jadikan berbangsa – bangsa dan bersuku – suku ialah agar kami saling mengenal, sesungguhnya yang paling mulia diantara kamu bagi Tuhan ialah yang paling bertaqwa (cin kebenaran) sesungguhnya Tuhan itu Maha Mengetahui dan Maha Meneliti.”
12.     Al – Qur’an, S. Al – Hujarat (XLIX) 10, artinya : “Sesungguhnya orang–orang yang beriman (cinta kebenaran) itu bersaudara, maka usahakanlah adanya kerukunan dan diantara golongan saudaramu.”

KEADILAN SOSIAL DAN KEADILAN EKONOMI

1.         Al - Qur’an, S. Al – lail (XCII) 8 – 9 – 10, artinya : “Adapun orang – orang kafir tidak mau mengorbankan sedikitpun (dari haknya) dan merasa cukup sendiri (engoistis) serta mendustakan (mencemoohkan) kebaikan, maka ia kami licinkan jalan kearah kesukaran (kekacauan).”
2.         Al – Qur’an, S. Al – Maidah (V) 8, artinya : “Janganlah sekali – kali kebencian segolongan orang itu membuat kamu menyeleweng dan tidak menegakkan keadilan, tegakkan keadilan itulah yang lebih mendekati taqwa (kebenaran) dan bertaqwalah kamu kepada Tuhan.”
3.         Al – Qur’an, S, Al – imran (11) 104 artinya : “Hendaklah diantara kamu suatu kelompok yang mengajak kebaikan, memerintahkan yang maruf (baik) sesuai dengan prikemanusiaan dan melarang yang munkar (Uahat) dan bertaqwalah kamu kepada Tuhan.”
4.         Hadist : “Tiap – tiap kamu adalah pemimpin dan tiap – tiap kamu bertanggungjawab atas pimpinannya.”
5.         Ditarik kesimpulan dari keterangan orang–orang beriman Al – Qur’an, S. AS – Syura (XLII), artinya : “Urusan mereka diselesaikan melalui musyawarah di antara mereka.”
Al – Qur’an, S. An – Nisa (IV) 59, artinya : “Sesungguhnya kesalahan terletak pada mereka yang mendalami (bertindak tidak adil) kepada manusia dan berbuat kekecauan di muka bumi tanpa ada alasan kebenaran.”
6.         Al – Qur’an, S. An – Nisa (IV) 59 : “hai orang – orang yang beriman, taatlah kamu sekalian pada Tuhanmu agar kamu menunaikan amanat – amanat kepada yang berhak dan jika kamu memerintahkan diantara manusia, maka memerintahkan kamu dengan keadilan.”
7.         Al – Qur’an, S. An – Nisa (IV) 59, artinya : “Hai orang – orang yang berimanm, taatlah kamu sekalian kepada Rasul-Nya serta kepada yang berhak dan jika’ kamu memerintah diantara manusia, maka memerintahkan kamu dengan keadilan.”
8.         Al – Qur’an, S. Al – Maidah (V) 59, artinya : “Barang siapa yang tidak menjalankan hukum dengan apa yang diturunkan oleh Tuhan (ajaran kebenaran), maka mereka itu adalah orang – orang yang jahat.
9.         Al – Qur’an, S. Al – Hadid (LVII) 20, artinya : “Ketahuilah bahwa sesungguhnya hidup di dunia (sejarah) ini adalah permainan kesenangan dan perhiasan serta saling memegang urusan (pemerintah) diantara kamu.”
10.     Al – Qur’an, S. Al – Isra (XVII) 16, artinya : “Dan jika kami hendak membinasakan negeri, maka kami perintahkan kepada orang – orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berfaku terhadapnya perkataan (ketentuan kami) kemudian kami hancurkan negeri itu sehancur – hancurnya.”
11.     Ditarik kesimpulan firman Tuhan tentang orang – orang Yahudi yang terkutuk (karena sifat – sifat kapitalis mereka yaitu Al – Qur’an, S. An – Nisa 160 – 161, artinya : “Maka karena kejahatan orang – orang Yahudi itulah kami menghalangi jalan kepada Tuhan (jalan kebenaran). Demikian juga karena mereka mengambil riba padahal sudah dilarang, dan karena mereka merampas harta kekayaan manusia dengan cara yang tidak benar (batil).
Demikianlah juga dapat disimpulkan dari seruan Nabi Syu’ib kepada rakhatnya Nabi Syu’ib adalah suatu prototype dari masyarakat yang tidak adil atau kapatalis) tersebut di tiga tempat, antara lain ialah Al – Quran, Surat Asy-Syu’ara (XXVI) 182 – 183, artinya : “Dan timbanglah dengan ukuran yang betul (adil) serta janganlah merampas harta milik sesama manusia dan janganlah kamu melakukan kejahatan di muka bumi ini sambil membuat kekacauan.”
Terjadinya tindakan–tindakan atas sesama manusia (exploitation del’homeper I’home) dipahamkan dari firman Tuhan dalam Al – Qur’an, Surat Al – Baqarah (11) 279, artinya : “ ....... Dan jika kami tau’bat (berhenti menjalankan riba atau penindasan kapitalis) maka kamu memperoleh kembali capital – capitalmu kami tidak boleh mendalami (memerlukan secara tidak adil, menindas) dan tidak pula boleh didzalimi (diperlukan tidak adil, ditindas).”
“Jaminan kemenangan bagi kaum miskin dalam (Al – Quran juga disebut secara khusus dengan Al – Mustaz afun adapun, artinya orang – orang yang dilemahkan atau dijadikan hina – dina, ditindas), tersebut dalam rangkaian cerita Fieaun yaitu S. Al Qashahs (XXVII) 5, artinya : “Dan Kami (Tuhan) menghendaki untuk memberikan pertolongan kepada kaum tertindas di bumi, untuk menjadikan pula mereka itu pewaris – pewaris.”
12.     Pemberantasan kapitalisme harus dilakukan dengan konsekuen, bila perlu dengan menyatakan perang kepada kaum kapitalis, sesuai dengan perintah. Tuhan dalam Al – Qu’ran, S. Al – Baqarah (11) 278, artinya : “Hai orang – orang yang beriman bertaqwalah kamu benar – benar beriman. Jika tidak kamu kerjakan (perintah meninggalkan riba) maka bersiaplah kamu sekalian terhadap adanya perang dari Tuhan dan Rasul-Nya (perang suci jihad. Tetapi jika kamu taubat (berhenti dari penindasan kapitalis) maka kamu dapat memperoleh kembali capital – Kapitalmu. Kamu tidak menindas dan tidak pula ditindas.”
13.     Al – Qur’an, S. Humazah (CIV) 1-2-3, artinya : Celakalah bagi setiap pencerca (kaum sinis kepada kebenaran) yang suka mengumpulkan harta dn menghitung-hitungnya, dia mengira hartanya itu bakal mengekekalkannya.
14.     Kaum muslimin yang seharusnya mempelopori tugas suci itu. Kaum musimin digambarkan dalam Al – Qu’ran, S. Ali Imran (111) 110, artinya : “Kamu adalah sebaik-baiknya golongan yang diketengahkan diantara manusia karena kamu selalu menganjurkan pada kebaikan dan mencegah daripada kejahatan dan kamu semua beriman kepada Tuhan.”
15.     Al – Qu’ran, S. Ash-Shaf (LXI) 2-3, artinya : “Hai orang yang beriman, mengapakah kamu mengatakan sesuatu yang kamu tidak kerjakan.”
16.     Al – Qu’ran, S. Al-Ankabut (XXIX) 45, artinya : “Sesungguhnya sembahyang itu mencegah kekejian-kekejian dan sungguh selalu ingat kepada Tuhan itu merupakan suatu Yang Agung.”
17.     Hadist : “Sembahyang adalah tiang agama, barang siapa mengerjakannya berarti menegakkan agama dan barang siapa meninggalkannya berarti merobohkan agama.”
18.     Al – Qu’ran, S. Lukman (XYXI) 30, artinya : “Demikianlah, sebab sesungguhnya Tuhan itulah dan sesungguhnya apa yang mereka pula selain-Nya adalah kepalsuan dan sesungguhnya Tuhan itu Maha Tinggi dan Maha Agung.”
19.     Al – Qu’ran, S. Ar-Rum (XYX) 37, artinya : “Tidaklah mereka mellihat bahwa Tuhan melapangkan rizki (ekonomi) bagi siapa saja yang Ia kehendaki dan menyempitkannya, sesungguhnya dalam hal itu ada pelajaran-pelajaran bagi orang yang beriman.”
20.     Al – Qu’ran, S. At-Taubah (IX) 60, artinya : “Sesungguhnya sedekah (zakat) itu untuk fakir miskin.’
21.     Al – Qu’ran, S. Al-Baqarah (11) 188, artinya : “Dan janganlah kamu memakan harta dengan cara yang batil (tidak benar) diantara kamu, dan kamu mengadakan hal itu kepada hakim-hakim (pemerintah) agar kamu dapat mengambil bagian dari harta orang lain dengan dosa, pada hal kamu mengetahui.”
22.     Al – Qu’ran, S. Furqan (XXV) 67, artinya : “Dan mereka yang apabila mempergunakan hartanya tidak berlebihan dan tidak pula kekurangan, melainkan kepada dalam keseimbangan antara keduanya.”
23.     Al – Qu’ran, S. Al-Isra (XVII) 67, artinya : “Berikanlah kepada keluarga itu haknya (dari harta yang kami miliki) demikian juga kepada orang miskin dan kepada orang terlantar dan janganlah berlebihan itu adalah kawan-kawan setan sedangkan setan ingkar kepada Tuhannya.”
24.     Al – Qu’ran, S. Al-Isra (XVII) 16, artinya : “Apabila Kami (Tuhan) menghendaki untuk menghancurkan suatu negeri. Kami berikan kesempatan kepada orang-orang yang mewah di negeri itu untuk memerintah, kemudian mereka membuat kecurangan-kecurangan di negeri itu maka benar-benar terjadilah keputusan kata (vonis) atas negeri itu, lalu kami hancurkan.”
25.     Al – Qu’ran, S. Muhammad (XLVII) 38, artinya : “Demikianlah kamu orang-orang yang diserukan untuk mempergunakan hartamu di jalan Tuhan (untuk kebaikan kepentingan umum), maka diantara kamu ada yang kikir dan barang siapa kikir maka sesungguhnya ia kikir pada dirinya sendiri. Tuhan tidak memerlukan sesuatupun tetapi kamulah yang memerlukan dan kalau kamu berpaling tidak mau mempergunakan harta untuk kebaikan umum. Tuhan akan menggantikan kamu dengan golongan lain kemudian mereka tidak lagi seperti kamu.”
26.     Al – Qu’ran, S. Thaha (XX) 6, 63, 4, 123, 131, 132 artinya : “Ingatlah bahwa sesungguhnya kepunyaan Tuhanlah segala sesuatu yang ada di langit dan di bumu.”
27.     Al – Qu’ran, artinya : “Adalah Kami (Tuhan) yang sesungguhnya menempatkan kamu ke bumi dan membuat untuk kami sekalian di dalamnya prikehidupan mata pencaharian.”
28.     Al – Qu’ran, S. Al-Hadid (LVII) 7, artinya : “Berimanlah kamu kepada Tuhan dan Rasulnya dan dermakanlah dari harga kamu jadikan oleh Tuhan untuk mengurusnya.”
29.     Al – Qu’ran, S. Al-Isra (XVII) 67, artinya : “Dan berikanlah kepada mereka (orang-orang miskin) itu dari harta Tuhan yang telah diberkahkan-Nya kepadamu.”
30.     Al – Qu’ran, S. Al-Ma’aridi (LXX) 24-25, artinya : “Dan orang-orang pada harta mereka terdapat hak yang pasti bagi orang miskin yang meminta-minta maupun yang tidak minta-minta.”

KEMANUSIAAN DAN ILMU PENGETAHUAN

1.         Al – Qu’ran, S. At-Tien (XCV) 6, artinya : “Kecuali mereka yang beramal saleh.”
2.         Al – Qu’ran, S. Al-Qashash (XXVII) 8, artinya : “Segala sesuatu itu rusak (berubah) kecuali dari padanya.”
3.         Al – Qu’ran, S. Al-An’am (VI) 57, artinya : “Sesungguhnya hukum atau nilai itu hanya kepunyaan Allah, Dia menerangkan keberatan dan Dia adalah sebaik-baiknya pemutus perkara.”
4.         Al – Qu’ran, S. Al-Isra (XVII), artinya : “Dan janganlah engkau mengikuti sesuatu yang tidak mempunyai pengertian akan dia, sebab sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati nurani itu semuanya bertanggungjawab atas hal tersebut”
5.         Al – Qu’ran, S. Fathir (XLI), artinya : “Akan perhatikan kepada mereka (manusia) tanda-tanda Kami diuar angkasa dan dalam diri mereka sendiri sehingga menjadi jelas bahwa Al – Qur’an itu benar. Tidaklah cukup dengan Tuhan bahwa Dia menyaksikan segala sesuatu”
6.         Al – Qu’ran, S. Fathir (XXXV) 287, artinya : “Sesungguhnya yang bertaqwa tidak hanya Tuhan melainkan Allah begitu pula pada Malaikat dan orang-orang yang berilmu pengetahuan dengan tegak pada kejujuran”
7.         Al – Qu’ran, S. Muhaddalah (LVIII) 11, artinya : “Allah mengangkat orang-orang diantara kamu dan yang berilmu pengetahuan yang bertingkat-tingkat”
8.         Al – Qu’ran, S. Al-Jatsiyah (XLV) 134, artinya : “Dan Dia (Tuhan) menyediakan bagi kamu apa yang ada dilangit dan di bumi”
9.         Al – Qu’ran, S. Al-Imran (III) 137, artinya : “Telah lewat setelah kamu hukum-hukum sejarah, maka menggambarkan di muka bumi kamu kemudian perhatikanlah olehmu bagian akibat orang-orang yang mendustakan-Nya”
10.     Al – Qu’ran, S. As Syam (XCI) 9-10, artinya : “Sungguh berbahagialah dia yang membersihkannya, (sisinya) dan sungguh celakalah bagi mereka yang mengotorinya (dirinya)”
11.     Al – Qu’ran, S. Yusuf (XI) 111, artinya : “Sungguh dalam riwayat mereka itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang berfikir”


 Sumber konstitusi hasil kongres depok
Read More >>